Purbalingga, Gatra.com – Perusahaan produsen produk makanan dan minuman Jepang, Bali Jalak Co.Ltd menjajaki kemungkinan kerja sama dengan penyediaan gula kelapa (palm sugar) Purbalingga. Perwakilan perusahaan tersebut menemui Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, Senin (14/10),
Perwakilan Bali Jalak Co.Ltd, Kouichi Yasogawa mengatakan, perusahaanya sedang berkoordinasi dengan produsen palm sugar dari Purbalingga untuk dikirimkan ke Jepang.
Selama ini, kata dia, perusahaannya telah bekerja sama dengan petani gula kelapa di berbagai daerah Indonesia. Melihat potensi gula kelapa Purbalingga yang besar, kemungkinan kerja sama dengan produsen lokal Purbalingga terbuka lebar.
“Bali Jalak juga sedang menjajagi kopi Purbalingga untuk diekspor ke Jepang,” katanya, Senin (14/10).
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Tiwi juga menemui perwakilan perusahaan Jepang lainnya, Human Ring Co.Ltd, yakni Syuji Terao (Director HRD Human Ring), Reiko Aki (Director Cooperatif Human Ring), dan Kazuhiho Miyauchi (Representatif Director Human Ring).
Berbeda dengan Bali Jalak yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman, Human Ring bergerak dalam bidang ketenagakerjaan. Dalam kesempatan itu, mereka didampingi oleh Economic Function Consulat General of The Republic of Indonesia Japan, Andrie Wiryono.
Director HRD Human Ring, Syuji Terao mengatakan, perusahaan di Jepang banyak membutuhkan tenaga kerja, baik tenaga kerja magang maupun tenaga kerja profesional dari Indonesia. Tenaga kerja magang ditempatkan di berbagai perusahaan dan di UKM di Jepang.
“Untuk tenaga kerja magang, kontrak pertama selama dua tahun. Kemudian jika dinilai baik kontrak bisa diperpanjang menjadi tiga tahun dan kemudian bisa diperpanjang lima tahun,” ucap Syuji.
Syuji menuturkan, untuk dapat bekerja di Jepang, calon tenaga kerja harus mengikuti pelatihan bahasa Jepang dan ketrampilan kerja. Gaji yang ditawarkan per jam sekitar 810 yen atau setara dengan Rp 115 ribu. Itu artinya, jika bekerja sehari 8 jam, maka gaji yang diterima dalam sehari sekitar Rp 900 ribu.
“Dalam sebulan, jumlah hari kerja sebanyak 25 hari,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, pekerja magang yang dikirim dari Purbalingga selama ini telah mendapat pelatihan yang baik. Pekerja magang yang berkinerja baik berkesempatan mengikuti seleksi bahasa Jepang serta ada semacam sertifikasi ketrampilan sesuai profesinya.
"Jika standar bahasa Jepangnya mampu masuk grade N 4 serta memiliki sertifikasi ketrampilan, maka pekerja magang bisa naik status menjadi pekerja tetap. Otomatis, ia memperoleh visa tinggal sebagai pekerja dan berkesempatan untuk mengajak keluarga tinggal di Jepang," ujarnya.
Tiwi mengapresiasi kerja sama yang telah dan akan dilakukan di Purbalingga. Sinkronasi ini diharapkan semakin membuka lapangan kerja bagi tenaga kerja produktif asal Purbalingga ke Jepang.
Menurut dia, ini bisa menjadi solusi untuk membuka peluang kerja dan menurunkan angka kemiskinan. Purbalingga menghadapai masalah kemiskinan dan pengangguran yang tinggi.
“Belakangan pasar ekspor bulu mata palsu yang lesu yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja. Dengan kerja sama ini harapan kami bisa membuka lapangan kerja baru dan selanjutnya bisa meningkatkan kesejahteraan keluarganya,” ucap Tiwi.