Banyumas, Gatra.com – Sepintas lalu, bangunan Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Cikakak, Wangon, Banyumas nampak biasa. Desainnya khas pedesaan jawa, limas, dengan kubah sederhana. Selain keunikan tiang tunggalnya, satu keunikan yang mungkin tak ditemui di tempat lain adalah monyet penunggu masjid ini. Monyet-monyet itu berkeliaran di pelataran masjid, area parkir, dan jalan menuju masjid.
Keberadaan monyet ini pun semakin meneguhkan Masjid Saka Tunggal sebagai destinasi wisata religi. Balutan forklore bercampur mitologi menaungi keberadaan masjid yang oleh sebagian orang dikeramatkan ini.
Imam Masjid sekaligus juru kunci ke-12 Masjid Saka Tunggal, Sulam mengatakan, monyet penunggu masjid itu tak hanya berjumlah puluhan. Mereka berjumlah ratusan. Ratusan monyet itu terbagi menjadi lima koloni atau kelompok dan tinggal di sekitar masjid yang memang berada di pinggiran hutan.
Ternyata, ada legenda di balik keberadaan ratusan monyet ini. Cerita ini tuturkan secara lisan, turun temurun di antara masyarakat Cikakak yang merupakan keluarga besar, bersaudara satu sama lain. “Memang ada legendanya. Benar tidaknya, saya tidak tahu. Tapi ceritanya demikian,” katanya.
Dia bercerita, pada masa penyebaran Agama Islam, Kyai Mustholih mendirikan masjid dan mendirikan padepokan mengaji. Puluhan santri pun berdatangan dari berbagai daerah. Tiba hari Jumat. Santri lelaki pun berkewajiban menunaikan Salat Jumat. Namun, ada beberapa santri yang melanggar. Mereka justru asyik mencari ikan di sekitar masjid.
Lantaran asyik mencari ikan, mereka melupakan kewajibannya. Mereka pun ribut sehingga mengganggu orang-orang yang tengah menjalankan Salat Jumat. Kyai Mustholih pun marah. Seusai Salat Jumat, ia menghardik para santri yang telah kelewat batas. Saat itu ia sempat mengatakan kelakuan santrinya tak beda dengan monyet yang nakal dan susah diatur.
Sebagaimana legenda kyai zaman kuno yang memiliki daya linuwih, ujaran itu menjadi kenyataan. Santri-santri nakal itu berubah menjadi monyet. “Legendanya begitu,” ucap Sulam.
Sulam mengemukakan, benar tidaknya legenda ini, ada pesan mulia di balik legenda santri yang dikutuk menjadi monyet. Bahwa yang membedakan manusia dengan hewan adalah perilakunya. Jika manusia tak memiliki kemanusiaan, akal dan hati, maka ia tak beda dengan monyet.