Pati, Gatra.com – Musim kemarau panjang di Kabupaten Pati menjadi momok tersendiri bagi peternak ikan air tawar, termasuk pembudidaya benih ikan lele.
Hal itu, lantaran berkurangnya pasokan air untuk sirkulasi kolam, dan menyebabkan ikan rentan terserang penyakit dan kerugian sebesar 50-70 persen tidak dapat dihindarkan.
Untuk mengakali pasokan air ke kolam ikan, pelaku usaha budidaya ikan harus merogoh uang Rp200ribu sekali periode pembibitan dengan mengoptimalkan pompa jet yang cukup menguras energi listrik.
Itu saja, tidak menjamin keberlangsungan hidup benih dan ikan indukan. Belum lagi, sukarnya mencari pakan alami seperti cacing masih harus dihadapi.
Pelaku Pembenihan Lele, Lilik Supriyono, mengatakan selain biaya produksi tinggi pada musim kemarau, ikan lele indukan juga agak sulit bertelur dalam jumlah banyak karena cuaca yang terik.
“Musim kemarau sangat berpengaruh, terutama untuk indukan yang biasanya bisa menghasilkan telur rutin 2-3 bulan, ternyata ada yang tidak isi sehingga produksi menurun. Pakan alaminya itu kurang,” katanya kepada Gatra.com di rumahnya Desa Tlogorejo, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu (12/10).
Lilik mengaku cuaca yang panas berpengaruh pada produktivitas telur dari induk lele. Menurutnya, dalam satu kali periode (2 bulan) induk mampu bertelur sekitar 80 ribu.
"Itu pun dengan presentase kematian 20 persen. Namun panas kali ini hanya berproduksi seperempatnya saja," ujarnya.
Sementara itu, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Dinas Kelautan dan Perikana (DKP) Kabupaten Pati Munawaroh mengatakan, pada musim seperti sekarang ini banyak pembudidaya ikan yang menjerit karena menurunnya kualitas air.
“Dari dinas selain suplai air, ada pemberian vaksin dan vitamin lengkap dengan pakan, kami sudah berkeliling terkait keluhan ini. Terutama pada ikan lele meski sudah tingkat ketahanan tubuhnya cukup tinggi,” ucapnya.
Ditambahkan, menurunnya produksi pembenihan maupun pembesaran tidak hanya dialami peternak yang menggunakan kolam tanah, tetapi media kolam terpal juga terkena imbasnya.
“Misal kolam terpal, jika musim panas ini suhu air meningkat, kelebihannya air hanya sedikit berkurang. Berbeda dengan kolam di tanah langsung, suhunya cenderung stabil tapi kemarau biasanya mengalami kekurangan air," ujarnya.