Jakarta, Gatra.com - Berbagai aplikasi yang menawarkan jasa penjualan berbagai obat-obatan atau semacam apotek online mulai digemari oleh masyarakat. Meski dianggap mempermudah, Direktur Utama RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Slipi, dr. Didi Danukusumo, mengingatkan masyarakat untuk tetap berhati hati.
Hal ini dikarenakan obat-obat yang ada itu bisa menimbulkan efek yang beragam bagi para penggunanya. "Katakanlah obat buat mual itu ternyata itu bisa meningkatkan ASI tapi pada laki-laki bisa mengganggu kejantanan," ujar Didi saat ditemui di tengah-tengah sebuah acara diskusi di RSAB Harapan Kita, Slipi, Jakarta, Sabtu (12/10).
Baca Juga: Tak Cuma Jual Obat, Apoteker Harus Peka Taraf Ekonomi Pasien
Ia kemudian menjelaskan bahwa untuk bisa mengetahui penyakit dan mencari tahu obat yang tepat dokter menggunakan beberapa prosedur yang harus dilalui. "Dalam ilmu kedokteran mestinya kalau kita mau mengobati kita mesti periksa anamnesis dulu, wawancara dulu, kita periksa fisik dulu baru kita simpulkan dalam diagnosis. Baru dikasih obatnya," ujar Didi.
Lebih lanjut dia mengakui bahwa kebiasaan masyarakat saat akan berobat juga sudah berubah. Didi menyebut mulai banyak masyarakat yang mencari informasi pengobatan dengan gawainya sebelum berobat.
Baca Juga: Pentingnya Edukasi Masyarakat Terkait Obat Palsu
"Ternyata orang mau ke rumah sakit itu 40% mereka browsing dulu, mereka lihat di Google dulu bagaimana mereka mau berobat. Pilih rumah sakit juga, lihat dulu, pilih dokternya juga, bahkan penyakitnya juga lihat dulu," ujarnya.
Untuk itu, Didi juga menyarankan agar pemerintah bisa membuat regulasi soal pengobatan dengan memanfaat kecanggihan dari gawai tersebut. "Musti digunakan dengan baik dan benar jadi mungkin kita perlu atur lagi dengan teknologi itu bisa berkembang dalam pengobatan," pungkasnya.