Port-Au-Prince, Gatra.com - Pembunuhan jurnalis yang sedang meliput krisis politik dan ekonomi di Haiti memicu kemarahan para demonstran. Nehemie Joseph, nama jurnalis tersebut, ditemukan tewas di mobilnya dengan beberapa luka tembak di kepala pada Kamis (12/10) malam waktu setempat.
Mengutip Reuters, belum diketahui secara pasti siapa pelaku aksi pembunuhan tersebut. Namun, Joseph sempat mengatakan bahwa dirinya telah mendapat ancaman pembunuhan dari para politisi yang berada di kubu pemerintah. Pihak kepolisian Haiti pun belum memberikan komentar terkait pembunuhan tersebut.
Seorang juru bicara pemerintah Haiti menyesalkan kematian Joseph melalui sebuah cuitan di twitter namun tidak memberikan komentar lebih lanjut setelahnya. Asosiasi media online di Haiti mengatakan Joseph adalah jurnalis ketiga yang terbunuh atau menghilang sejak Moise menjadi presiden dua setengah tahun yang lalu.
"Lonjakan serangan terhadap media sangat mengkhawatirkan," kata kelompok hak asasi internasional Reporters Without Borders, yang menyerukan agar pihak berwenang memberikan perlindungan bagi para wartawan.
Diketahui, beberapa pekan belakangan negara Haiti sedang dilanda aksi massa yang mendesak presiden negara tersebut untuk mengundurkan diri. Protes yang dipimpin kubu oposisi yang menyoal isu kekurangan bahan bakar, inflasi terus-menerus, dan tuduhan korupsi oleh pejabat publik ini telah mengguncang Haiti selama empat minggu terakhir.
Baca Juga: Demo Turunkan Presiden, Warga Haiti Sempat Bentrok dengan Polisi
Setidaknya, menurut Jaringan Nasional Haiti untuk Hak Asasi Manusia (HAM), 17 orang telah terbunuh dan 189 terluka selama demonstrasi anti-pemerintah itu berlangsung. Jumlah korban meningkat pada hari Jumat kemarin ketika media lokal dan kubu oposisi melaporkan kematian seorang anak berusia 16 tahun dalam bentrokan dengan polisi di kota Saint-Marc, di utara Port-au-Prince.
Di ibu kota, polisi menembakkan gas air mata, peluru karet, dan tembakan langsung di udara untuk membubarkan ribuan pengunjuk rasa yang berkumpul di salah satu lapangan utama Port-au-Prince. Beberapa pemrotes membalas dengan melemparkan botol dan batu.
"Kami dalam kesengsaraan dan kami kelaparan. Kita tidak tahan lagi. Kami meminta (Moise) untuk mengundurkan diri sehingga kami memiliki Haiti yang baru. Kami terlalu menderita di negara ini," kata salah seorang demonstran Claude Jean.
Moise, minggu ini, mengumumkan pembentukan komisi untuk menemukan cara mengangkat negara termiskin di Amerika itu keluar dari krisis. Tetapi, banyak pihak mengatakan bahwa langkah untuk berdialog sudah terlambat dan dia harus segera mengundurkan diri.