Ternate, Gatra.com - Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Maluku Utara (Malut) cukup getol menantang rencana PT. Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), melakukan ekspansi pembukaan lahan untuk persiapan penambangan di Malut.
Menurut AMAN Malut, hasil pengamatan mereka di lapangan, setelah tanah dan hutan di bagian pesisir Weda Tengah yang meliputi Desa Lelilef Sawai, Lelilef Woebulen, dan Desa Gemaf dikuasai PT. IWIP, target berikut adalah hutan Akejira, tempat ruang hidup warga Tobelo Dalam.
Terlebih pada wilayah tersebut, lanjut AMAN Malut, terdapat makam leluhur Tobelo Dalam Akejira di Mein dan Talen. Di mana, area tersebut berpotensi digusur untuk kepentingan perluasan jalan maupun aktivitas penambangan. Disamping itu, ada rencana pembukaan hutan untuk pembuatan camp dan kaplingan milik warga pesisir.
Terkait ini, pertanyaan yang diajukan Gatra.com berdasarkan hasil investigasi AMAN Malut tak dijawab pihak perusahaan. Pihak PT. IWIP hanya mengirim file PDF berisikan statemen perusahaan mengenai Forest Tobelo.
Ketua AMAN Malut, Munadi Kilkoda, kepada Gatra,com di Ternate, Sabtu (12/10/2019), menegaskan bahwa pihak perusahaan selalu berlindung pada dokumen hasil riset tersebut.
"Karena dokumen riset atau apapun itu, fakta hari ini (suku) Tobelo Dalam hilang dari Akejira dan kepindahan itu adalah hasil kebijakan perusahaan," tututnya.
Mengenai, statemen yang menyebut hasil pemetaan Cultural Heritage Footprint of Forest Tobelo, bahwa Kuburan Sultan Jailolo berada di Akejira dibantah Adlun Fikri, salah satu pengurus AMAN Malut.
"Kuburan di Sagea itu bukan wilayah Akejira, tapi di Desa Sagea, Weda Utara, sekitar 20 kilometer (km) dari lokasi smelter PT. IWIP dan puluhan km dari Akejira," jelas Adlun.
Namun hal tersebut dibantah Departemen Media dan Komunikasi PT. IWIP, Agnes Megawati. "Kan sudah disebutkan, bahwa ada 11 cultural footprint, yang kuburannya ada 3 kami sebutkan semua. Itu study cultural heritage footprint oleh antropolog. Jadi ada 11, bukan cuma kuburan saja. FT PPL nomaden hidupnya. Kita juga ada maps perpindahannya," terang Agnes.
Berdasarkan hasil kajian, lanjut Agnes, terdapat 22 Cultural Heritage Location dari Forest Tobelo. Salah satunya adalah kuburan Lega E Cekel di Desa Kulojaya, Kuburan Sultan Jailolo di Sagea, dan Kuburan Keramat di Nusajaya.
Gatra.com mencoba meminta dokumen hasil kajian tersebut, namun tak diizinkan perusahaan. "Dokumen kajian harus ada izin dari management untuk dipublish ke media. Jadi saya sarànkan Gatra bisa cek expert atau antropolog juga," tutur Agnes.
Agnes pun menyarakankan Gatra.com mengirim pertanyaan melalui email. Namun setelah dikirim, jawaban tak kunjung dibalas. Ketika kembali ditanyakan, Agnes menegaskan, pertanyaan tetap akan dibalas meskitidak disebutkan kapan waktunya. "Tunggu saja yah. Karena kalau mau published, harus ada approval (persetujuan) dari management," tandasnya.