Purbalingga, Gatra.com – Sekilas, bangunan di Desa Salaganggeng, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, Jawa Tengah ini lebih tampak seperti Kelenteng atau pagoda. Desain dan warna bangunannya lebih dominan merujuk pada bangunan-bangunan khas Tiongkok.
Tetapi, ini adalah masjid dengan desain unik. Mengadopsi desain Tiongkok, Jawa dan Arab sekaligus. Namanya, Masjid Muhammad Cheng Hoo atau Masjid Cheng Hoo. Ada pesan toleransi dalam desain masjid ini.
Salah satu imam Masjid Cheng Hoo, Suwarno mengatakan masjid ini diinisiasi oleh seorang mualaf beretnis Tionghoa yang tergabung dalam Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Masjid ini berdiri pada 2011 dan terus dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata religi.
“Didirikan oleh muslim keturunan Tionghoa. Masjid ini terbuka untuk umum,” katanya, Jumat, (11/10).
Suwarno sendiri beretnis Jawa. Tetapi, dia ditunjuk menjadi salah satu imam sekaligus takmir masjid unik ini. Salah satu tujuannya ingin menunjukan toleransi dan keterbukaan antar etnis.
Ia berkisah, lahan tempat berdiri masjid itu pada mulanya adalah rawa yang tak terurus. Lantas, seorang mualaf asal Bobotsari, Purbalingga, Hery Susetyo dan lembaga PITI meminta izin kepada warga untuk mendirikan masjid.
Mereka pun bersepakat untuk menjunjung tinggi toleransi dan menonjolkan pesan keberagaman pada arsitektur masjid ini. Masjid dibangun dengan menggabungkan arsitektur Islam, Tiongkok dan Jawa atau Indonesia.
“Warga mendukung dan tidak mempersoalkan bentuk masjid karena dianggap fungsinya sama. Keberadaan masjid Cheng Hoo justru bisa memersatukan umat Islam tanpa sekat SARA,” ujarnya.
Inisiator pendirian masjid, Herry Susetyo mengatakan, pembangunan masjid sebenarnya dimulai tahun 2005. Tetapi, lantaran keterbatasan dana, masjid baru siap digunakan di tahun 2011 lalu.
Sejak awal pendirian, pesan toleransi dan keberagaman memang ditonjolkan. Itu dapat dibuktikan dengan arsitektur bangunan yang merupakan perpaduan lintas etnik dan bisa digunakan oleh masyarakat umum.
Arsitektur Masjid Cheng Hoo Purbalingga mengadopsi bentuk Masjid Cheng Hoo Surabaya. Namun, ada sejumlah modifikasi di dalamnya.
“Bila di Surabaya, Masjid Cheng Hoo berbentuk segi empat, di Purbalingga berbentuk hexagonal atau segi delapan,” kata Herry, yang juga Ketua DPD PITI Purbalingga.
Masjid Cheng Hoo yang terletak di Desa Selaganggeng, Purbalingga, ini pun cukup mudah diakses lantaran hanya sekitar 8,5 kiloemeter dari Alun-alun kota Purbalingga. Letaknya pun strategis, berada di pinggir jalan utama antara Purbalingga menuju Pemalang.
Sebab itu, masjid ini selalu digunakan untuk rest area atau tempat beristirahat pemudik. Pengelola juga menyediakan tempat beristirahat dan pusat makanan dan jajanan.
Para pelancong yang mampir di Masjid Cheng Hoo tak terbatas pada musafir. Keunikannya memantik para peziarah untuk berkunjung.