Home Olahraga Akhirnya Wanita Diizinkan Nonton Sepak Bola di Iran

Akhirnya Wanita Diizinkan Nonton Sepak Bola di Iran

Teheran, Gatra.com - Selama 40 tahun terakhir sebagian besar wanita di Iran dilarang menghadiri pertandingan sepak bola di stadion. Namun, berkat tekanan dari FIFA, pemerintah Iran mulai mengizinkan para wanita untuk menyaksikan pertandingan di Stadion Azadi Teheran pada Kamis. Meskipun begitu, tribun wanita dan pria tetap dibuat terpisah.
 
Sekitar 3.500 tiket pertandingan kualifikasi Piala Dunia antara Iran melawan Kamboja, diziinkan untuk diperjualbelikan pada wanita. Perubahan ini terjadi setelah adanya insiden meninggalnya seorang wanita bernama Sahar Khodayari (26) yang membakar dirinya sendiri. Aksi bakar diri ini dilakukan lantaran ia kedapatan mencoba memasuki stadion untuk menyaksikan pertandingan sepak bola pada bulan lalu.
 
Khodayari menyamar dengan berpakaian seperti seorang pria agar dapat masuk ke dalam stadion. Sayangnya, petugas keamanan berhasil mengetahui identitasnya dan mengusir Khodayari serta menuntutnya atas tuduhan muncul di depan umum tanpa jilbab.
 
Larangan itu telah diberlakukan sejak revolusi Islam 1979, yang hanya mengizinkan segelintir wanita untuk menghadiri beberapa pertandingan dalam beberapa tahun terakhir.
 
Seorang wartawati olahraga Iran, Raha Purbakhsh termasuk di antara para perempuan yang mendapat tiket ke pertandingan Kamis (10/10). Menurutnya, terakhir kali dirinya melangkahkan kaki ke stadion Azadi sekitar 25 tahun yang lalu bersama ayahnya.
 
"Saya masih tidak percaya hal ini terjadi. Karena setelah bertahun-tahun menonton setiap pertandingan di TV. Sekarang saya akan bisa mengalami semuanya secara langsung. Saya akan dapat merasakan tribun, dan menonton dengan cermat pertandingan itu sendiri," katanya sumringah, seperti dikutip dari NPR.
 
Meskipun begitu, beberapa pihak masih mengatakan hal ini belum cukup. Amnesty Internasional mengkritik pemerintah Iran karena menyediakan sedikit tiket bagi wanita. Padahal, stadion Azadi mampu menampung penonton hingga 78.000 orang.
 
"Keputusan Iran untuk mengizinkan sejumlah wanita masuk ke stadion untuk pertandingan sepak bola besok adalah aksi publisitas yang sinis oleh pemerintah yang dimaksudkan untuk menutupi citra mereka setelah protes global atas kematian tragis Sahar Khodayari," ujar Direktur Penelitian Amnesti Timur Tengah dan Afrika Utara, Philip Luther.
 
Seharusnya, lanjut Luther, daripada mengambil langkah yang terkesan diskriminatif ini, pemerintah Iran bisa mencabut semua batasan pada wanita. Bahkan, pertandingan sepak bola liga domestik di seluruh negeri juga seharusnya diizinkan bagi wanita.
 
"Komunitas internasional, termasuk badan pengatur sepak bola dunia, FIFA, juga harus memastikan bahwa wanita diizinkan menghadiri semua pertandingan," tandasnya.
 
Padahal, FIFA sudah melarang diskriminasi berdasarkan gender. Menurut Kementerian Olahraga Iran, perubahan aturan pada pertandingan kali ini merupakan solusi pragmatis menuju perubahan yang sebenarnya.
 
"Ini bukan hanya tentang satu pertandingan. Kami tidak akan mengalihkan pandangan dari hal ini. Kami benar-benar fokus untuk memastikan bahwa wanita dapat menghadiri pertandingan ini pada 10 Oktober dan bekerja sama pragmatis untuk memastikan wanita juga dapat menghadiri pertandingan sepak bola liga domestik juga. FIFA memiliki pendirian yang sangat tegas bagi penggemar. Mereka sama-sama berhak menghadiri pertandingan," kata kepala penanggungjawab sosial dan pendidikan FIFA, Joyce Cook.
 
Wakil Presiden Iran untuk Urusan Parlemen Hossein-Ali Amiri mengatakan bulan lalu bahwa beberapa stadion negara sedang dipersiapkan untuk masuknya wanita, dengan menambahkan gerbang dan tempat duduk terpisah.
 
Grup Open Stadiums telah lama berkampanye untuk hak perempuan menonton pertandingan di stadion Iran. Pemimpin organisasi itu, yang memakai nama samaran Sara, mengatakan bahwa banyak wanita yang membeli tiket untuk pertandingan Kamis sebenarnya bukan penggemar sepak bola.
 
"Saya hanya ingin memecahkan diskriminasi ini. Selama bertahun-tahun [akses stadion yang sama] telah menjadi tuntutan dari gerakan hak-hak perempuan di Iran dan sebagai bagian dari pengucilan dari ruang publik. Ini bukan hanya tentang sepakbola. Orang-orang melakukan ini hanya untuk menunjukkan bahwa jika Anda memberikan kapasitas kepada kami, kami akan menggunakannya," katanya.
 
 
179