Home Milenial Menanti Penabalan Sultan Siak XIII

Menanti Penabalan Sultan Siak XIII

Siak, Gatra.com - Cukup sulit untuk mereka-reka seperti apa wajah Kota Siak Sri Indrapura kelak, ketika Kesultanan Siak kembali ada.

Sebab saat ini saja, kota itu sudah kelihatan sangat asri. Istana megah dipadu balairung dan onggokan tangsi di seberang balairung membuat hutan alam peninggalan kerajaan masa silam, indah terlihat. Apalagi kalau ada sepeda ontel atau dokar di sana, wihhh, makin kelihatan mantap.

Nah, kalaulah kemudian Tengku Nazir bin Tengku Zainurasyid bin Tengku Daud bin Tengku Bagus bin Sultan Syarif Hasim I jadi ditabalkan menjadi Sultan Siak XIII, entah gimana lagi jadinya.

Sebab lelaki 47 tahun ini punya cita-cita besar soal Kesultanan Siak yang bakal dia pimpin. Dia akan menghidupkan kembali struktur kesultanan. Para datuk yang pernah ada akan diaktfikan kembali.

Adat dan seni melayu Siak akan menghiasi perjalanan kerajaan itu. Belum lagi nanti kalau istana baru dibangun jika Pemkab Siak tidak mau memberikan istana lama kepada Nazir.

Selasa (8/10) Nazir cerita panjang kepada Gatra.com, meski cuma melalui sambungan telepon. Kebetulan pengusaha ini tinggal di kawasan jalan Nangka Selat Panjang, Kabupaten Kepulauan Meranti.

Lelaki tujuh bersaudara ini kemudian cerita bahwa dia adalah ahli waris sah kesultanan dan sudah siap ditabalkan menjadi Sultan Siak Sri Indrapura XIII.

"Saat ini saya sedang menjalin komunikasi dengan pemerintah dan Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) soal rencana penambalan itu," katanya.

Ihwal keabsahan dia tadi, pengurus Perkumpulan Pelestari Adat Budaya Kesultanan Siak Sri Indrapura (PPAB-KSS) sudah siap dan mendukung penembalan itu.

Lalu tanggal 8 Juni 2019 lalu, Pengadilan Agama Selat Panjang juga sudah memutuskan, bahwa diri adalah ahli waris Kesultanan Siak.

"Selurub anak cucu Tengku Daud juga sudah menunjuk dan memberikan kuasa kepada saya sebagai Sultan Siak ke XIII," katanya.

Puncaknya, sejumlah tokoh masyarat Kabupaten Siak dan seluruh OKP Melayu se-Riau juga memberikan dukungan.

Pada 1931, Sultan Syarif Hasyim I membikin surat pengakuan kepada datuk-nya Tengku Daud bin Tengku Daud Bagus Said Toha, sebagai sepupu sultan. "Surat itulah yang menjadi dasar saya. Asli surat itu ada sama saya," terangnya.

Munculnya Nazir menjadi pewaris tahta Kesultanan Siak tadi bisa dibilang cukup berliku. Ini dimulai dari kenyataan bahwa Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin (Sultan Syarif Kasim II) tidak memiliki keturunan.

Lalu ahli waris Kesultanan Siak, Tengku Long Puteh sudah tak dianggap lagi lantaran dia sudah menikah di gereja bersama perempuan warga Singapura. Dan Tengku Long Puteh pun sudah jadi warga Singapura.

"Menurut hukum islam dan kerajaan, ahli waris tak berlaku lagi bagi Tengku Long Puteh dan berpindah kepada keluarga besarnya (saudara sepupuh dari ayah sultan)," kata Nazir.

Kalau kemudian Nazir kelar ditambalkan, dia menyebut akan menyusun struktur kesultanan sama seperti tempo dulu. "Dulu kan ada Datuk 50, tentu nanti juga akan ada keturunannya menggisi posisi itu. Itu harus keturunan, biar enggak ada masalah. Lalu saya juga akan langsung menjalankan adat budaya Kesultanan Siak yang selama ini sudah vakum. Pada dasarnya, adat melayu harus punya raja. Kalau tidak, adat melayu tak akan jalan," terangnya panjang lebar.

Soal tempat tinggal setelah jadi sultan, Tengku Nazir akan menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah. Sebab berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 39 Tahun 2007 Istana sudah menjadi tanggungjawab pemerintah daerah.

"Kita tengok nantilah, apakah saya tinggal di Istana atau buat Istana baru. Bisa jadi akan membikin istana baru lantaran berdasarkan surat wasiat sultan yang ada sama saya, istana itu sudah dihibahkan," katanya.

Lantas soal kekayaan sultan kata Nazir, jika itu hak, maka akan dikumpulkan. Salah satunya adalah tanah yang menjadi Kota Siak Sri Indrapura sekarang, itu adalah salah satu harta kekayaan sultan.

"Suratnya ada sama saya. Kalau macam simpanan Sultan di luar negeri, juga akan kita urus. Tapi yang terpenting saya ditambalkan dulu. Soal aset, pastilah akan saya urus. Kalau tak diurus, akan berdosa. Sebab itu hak," ujarnya.

Jika sudah ditabalkan dan kemudian menjalankan struktur kesultanan, Nazir tak akan pusing lagi memikirkan duitnya, sebab ternyata sudah dianggarkan pemerintah pusat melalui pelestarian adat.

"Anggaran itu disalurkan ke Pemprov Riau, dari sana ke Pemkab. Anggarannya sudah ada. Dan sultan nanti yang akan mengelola," katanya.

Anggaran itu kata Nazir akan dipakai untuk acara adat seperti yang dilakukan sultan tempo dulu. Sebab kata dia, selama ini banyak acara adat yang tak jalan lagi.

"Pokoknya kita tetap sinkron dan sejalan dengan pemerintah daerah," tegasnya.


Reporter: Sahril Ramadana

8474