Jakarta, Gatra.com – Persoalan penyakit pneumonia bukanlah kasus yang sepele. Dalam data pakar ekonomi kesehatan dari Universitas Padjadjaran, Auliya Suwantika, Indonesia menempati peringkat ketujuh sebagai negara dengan angka kematian bayi berusia di bawah lima tahun akibat pneumonia. Tercatat, rata-rata kematian akibat pneumonia terhadap anak di bawah lima tahun mencapai 25.000 orang per tahunnya. Tentu saja membuat pneumonia menyumbang 17% dari total kematian anak di bawah lima tahun.
Auliya mengatakan bahwa fakta tersebut memang harus diperhatikan, apalagi Indonesia menjadi salah satu negara dengan angka kematian bayi akibat pneumonia, lantaran tidak memasukkan pneumococcal conjugate vaccine (PCV) sebagai vaksin wajib imunisasi dasar.
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Perencanaan, Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pungkas Bahjuri Ali, pun mengakui pneumonia merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia.
Untuk menekan angka kematian bayi, pemerintah pun mulai mengenalkan vaksin PCV secara bertahap.
"Diharapkan kedepan pengenalan PCV itu menjadi salah satu arah yang dikembangkan untuk intervensi utama dalam penurunan kematian bayi,” kata Pungkas usai acara diskusi bertajuk Urgensi Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Terkait Efisiensi Anggaran 2019 di Graha CIMB, Jakarta, Selasa (8/10).
Menurut Pungkas, saat ini ada dua penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia. Yakni, karena penyakit pneumonia dan diare. “Makanya untuk dua hal itu kita prioritaskan, namun memang untuk vaksin rotavirus untuk diare belum dikenalkan," kata Pungkas.
Pungkas menyebutkan, kecukupan vaksin merupakan salah satu kebijakan preventif yang diprioritaskan pemerintah. Sejauh ini pemerintah sudah gencar mengenalkan imunisasi PCV di Lombok, NTB dan Bangka Belitung.
“Kami lakukan bertahap. Kemenkes sudah punya petanya. Tahun ini di dua daerah dahulu. Seharusnya itu public health jadi harus dapat perhatian khusus," katanya.
Jadi sambung Pungkas, setiap tahun diharapkan untuk pengenalan vaksin PCV ke provinsi-provinsi lainya terus meningkat secara bertahap. “Karena kita tahu harga vaksin PCV ini cukup mahal, keterbatasan anggaran juga memengaruhi,” ucapnya.