Jakarta, Gatra.com - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa kepemimpinan selanjutnya di sektor kelautan dan perikanan harus berkomitmen untuk tetap menjadikan laut sebagai masa depan bangsa. Serta melakukan pola-pola perikanan tangkap yang berkelanjutan.
"Berarti alat-alat tangkap yang merusak lingkungan dan pengambilan bibit-bibit yang memungkinkan musnahnya dari produktivitas spesies tertentu sudah harus mulai diatur," tuturnya pada gelaran acara penyerahan penghargaan penegakkan hukum kelautan dan perikanan di Jakarta, Rabu (9/10).
Laut adalah sumber daya alam yang renewable. Artinya akan terus ada dan tidak akan pernah habis jika dijaga dan diatur cara eksploitasinya. Penanganan plasma nutfah [bibit] dan pemberantasan pelanggaran penangkapan ilegal harus berjalan beriringan.
Ia juga mengungkapkan bahwa perang global di masa depan akan lebih disebabkan oleh konflik akibat kebutuhan energi. Sementara laut adalah sumber pangan yang luar biasa dan sangat berharga nilainya.
"Kita berhasil membuktikan setelah illegal fishing dan kapal asing tidak ada, ekspor kita terus meningkat. Ikan menjadi tambah banyak dan tambah besar ukurannya, lebih mudah dan lebih dekat untuk ditangkap. Akhirnya ongkosnya menjadi turun," jelas Susi.
Saat ini, nilai tukar usaha perikanan peningkatannya mencapai 28%. Ikan menjadi salah satu sumber protein yang sangat murah. Sumber daya laut seperti ikan, bisa diakses oleh semua masyarakat Indonesia.
"Semua orang bisa mancing dan menjala meskipun belum banyak infrastruktur didirikan. Mereka tetap bisa akses untuk mencari makan," jelasnya.