Kerinci, Gatra.com – Warga Kabupaten Kerinci heboh, dengan munculnya fenomena Gunung Kerinci Bertopi pada Rabu (9/10) sore kemarin. Lantas apa yang menjadi penyebab terjadinya fenomena tersebut? Ini penjelasan dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geo Fisika (BMKG) Stasiun Depati Parbo Kerinci.
Prakirawan BMKG Kerinci, Mardiyansyah mengatakan awan lentikular terbentuk saat udara bergerak ke atas melewati gunung sehingga mendapat pendinginan yang cukup untuk terjadi kondensasi. Awan lentikular memiliki karakteristik yang spesial karena posisinya tidak bergerak layaknya awan jenis lainnya dan berbentuk padat.
Awan ini berbentuk lingkaran pipih seperti payung layaknya gambar yang tersebar di media sosial. Ia mengatakan awan lentikular sering terjadi di saat musim kering.
“Justru kalau itu terjadi ketika lagi tidak ada hujan. Jadi membentuk pertemuan suhu udara. tapi tidak bisa menjulang ke atas jadi mampet di pucuk atau puncak gunung karena perbedaan basah dan kering yang signifikan,” katanya.
Baca Juga: Fenomena Langka, Gunung Kerinci Sore Ini Terlihat Bertopi
Awan lentikular biasa ditemui di area pegunungan. Terbentuknya awan ini juga disebabkan oleh topografi gunung. Ia menyebut fenomena ini tidak langka. Ia menjelaskan fenomena ini lazim tapi jarang terjadi. Hal ini karena awan lentikular dipengaruhi oleh topografi gunung dan tegak lurus terhadap arah angin.
Fenomena topi awan ini bukanlah fenomena yang harus ditakuti masyarakat. Pasalnya, fenomena ini tidak membahayakan jiwa manusia. Akan tetapi, awan lentikular memang membuat suhu di puncak gunung menurun.
Ini merupakan hal yang umum bagi para pendaki. Awan lentikular ini menyebabkan kendala bagi pesawat yang melewati daerah gunung tempat awan itu berada.
Hal ini karena gelombang gunung dan pusaran angin yang kencang dapat menyebabkan turbulensi ringan pada pesawat.