Jakarta, Gatra.com - Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat, pada 2016, tingkat bunuh diri di Indonesia berada di angka 3,7. Hal ini menunjukkan, Indonesia berada di peringkat 159 dalam hal tingkat bunuh diri di dunia.
Meski terbilang cukup rendah, bukan berarti masyarakat di Indonesia tidak berpotensi untuk melakukan bunuh diri. Beberapa kasus bunuh diri rupanya masih banyak ditemui, khususnya kalangan anak-anak dan remaja.
Dalam seminar bertemakan "Prevent Suicide by Loving Yourself" di IMERI FKUI, Jakarta Pusat, Rabu (9/10), Dokter Spesialis Kejiwaan dari RS Cipto Mangunkusumo, dr. Sylvia Detri Elvira, Sp.KJ(K) mengatakan, salah satu upaya mencegah bunuh diri, masyarakat perlu mengenali diri sendiri atau self awareness. Menurutnya, kemampuan untuk menyadari sendiri itu diperlukan untuk mengembangkan rasa percaya diri, serta menjauhkan dari sikap gegabah.
"Kita harus mengenali potensi yang kita miliki terlebih dulu seperti kekuatan dan kelemahan kita. Kemudian, baru memahami dunia di luar diri kita. Pembentukan self awareness ini terjadi pada fase pertama kita dilahirkan yakni usia 0-18 bulan. Sebab, apabila di masa-masa ini anak banyak mengalami kekecewaan justru akan tumbuh menjadi orang yang sulit mempercayai orang lain," katanya.
Sylvia mengatakan, setelah mampu mengenali diri sendiri, masyarakat harus merawat diri atau self care. Artinya, saat muncul faktor yang membuat depresi dan stres, mereka sudah bisa menanggulanginya tanpa berpikir untuk mengakhiri hidup.
Dokter Spesialis Kejiwaan dari RS Cipto Mangunkusumo, dr. AAAA Kusumawardhani, SpKJ(K) menuturkan, dalam merawat diri ini, diperlukan tujuan hidup atau goals yang terukur dan sesuai kemampuan.
"Merawat diri membuat kita dapat menerima keadaan, terlebih saat kita merasa kecewa," ujarnya.
Setelahnya, masyarakat yang sedang depresi sebaiknya menenangkan diri atau self soothing. Kusumawardhani mengatakan, upaya ini agar masyarakat tidak mudah menilai diri sendiri. Persepsi terhadap diri ini malah akan memicu stres dan kecemasan.
Dokter Spesialis Kejiwaan dari RS Cipto Mangunkusumo, dr. Heriani, SpKJ(K) menjelaskan, dalam mencegah risiko bunuh diri, diharuskan menenangkan diri dengan cara menghilangkan suasana negatif.
"Bukan situasi yang membuat hidup kita menyenangkan atau tidak menyenangkan. Namun, bagaimana kita memaknai dan menghadapi sebuah masalah," imbuhnya.