Gunungkidul, Gatra.com - Wisatawan yang datang ke embung gunung api Nglanggeran di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, menurun drastis. Hal ini diduga akibat musim kemarau yang berkepanjangan saat ini.
Pengelola wisata Nglanggeran, Aris Triyono, mengatakan selama satu bulan di musim kemarau ini embung dikunjungi sekitar dua ribu orang saja. "Kalau musim hujan bisa mencapai 10 ribu hingga 15 ribu orang per bulan," kata Aris, Rabu (9/10).
Saat musim kemarau, air di embung habis. Menurut Aris, kondisi ini terparah sejak enam tahun lalu. "Musim kemarau tahun lalu juga mengering. Kondisinya benar-benar habis airnya," tuturnya.
Air embung selama ini hanya mengandalkan air hujan. Air itu dimanfaatkan untuk menyirami kebun buah durian dan kelengkeng di sekitar embung pada musim kemarau.
Namun sejak April lalu air embung menyusut. Selama dua bulan terakhir air di embung pun tak tersisa. Wisatawan yang akan datang ke embung pun diberitahu terlebih dahulu kondisi ini.
Sebagian turis tetap datang embung, meski tak ada airnya. Saat wisatawan yang datang kecewa, pengelola mengarahkan mereka mengunjungi gunung api purba Nglanggeran yang berjarak 500 meter dari embung. Aris mengatakan, jumlah wisatawan akan pulih pada akhir tahun saat air hujan kembali memenuhi embung.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, Asti Wijayanti, mengatakan selama ini penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) terbanyak di sektor wisata berasal dari wisata pantai. Setelah itu, wisata minat khusus seperti dari Nglanggeran, Gua Pindul, dan air terjun Sri Getuk.
Meski demikian, semua objek wisata dimaksimalkan untuk menggaet wisatawan. Caranya dengan promosi dan menggelar berbagai acara. "Semua objek wisata kami optimalkan agar target PAD bisa tercapai," ucapnya.