Jakarta, Gatra.com – Peneliti dari Scientist Center for International Forestry Research (CIFOR), Herry Purnomo memprediksi tahun depan akan terjadi lagi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Alasannya secara politik karena berlangsung Pilkada di 207 kepala daerah, yang diselenggarakan 2020 mendatang.
"Hasil riset saya sejak 2001-2017, ada keterkaitan antara Pilkada dengan karhutla. Dimana calon-calon pemimpin ini akan melakukan berbagai upaya menarik perhatian masyarakat termasuk dengan pembagian sertifikat lahan yang mungkin sebenarnya ilegal," katanya saat ditemui di Sofyan Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (8/10).
Herry mengungkapkan, dari hasil risetnya tersebut menunjukkan akibat adanya pilkada, maka penguatan hukum menjadi lemah termasuk pada karhutla ini. Dua wilayah yang diprediksi akan alami karhutla terbanyak berada di provinsi Sumatera dan Kalimantan.
"Untuk provinsi Sumatera dan Kalimantan, proporsinya sama bahwa akan terjadi karhutla yang lebih besar. Dapat dikatakan bahwa 2019 ini adalah titik awal terjadinya karhutla lebih banyak pada 2020," tambahnya.
Untuk data risetnya sendiri, Herry mengatakan berasal dari data hotspot dan pilkada sepanjang 2001-2017. Dari pengumpulan data tersebut, disimpulkan bahwa ada keterkaitan Pilkada dengan karhutla meski bukan merupakan penyebab utamanya, namun ada rangkaiannya.
"Dari semua data yang dikumpulkan sejak 2001-2017 ditemukan bahwa memang ada kaitan pilkada dengan karhutla seperti pembagian sertifikat yang saya katakan tadi. Meskipun memang pilkada bukan faktor utamanya dan kita akui ulah manusia yang buka lahan dengan dibakar jadi penyebabnya juga," tambahnya.