Jakarta, Gatra.com - Iklim pasar investasi masih dipengaruhi kondisi ekonomi global dan politik Indonesia yang mendadak bergejolak di masa akhir pemerintahan Joko Widodo periode I (2014-2019).
Melihat hal tersebut, Bank Commonwealth merekomendasikan investor untuk melakukan diversifikasi investasi ke obligasi retail seperti ORI016, yang bisa dibeli secara online untuk meraup hasil optimal.
Kondisi ekonomi global masih dipenuhi sentimen seputar potensi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Hal ini masih belum menemukan titik terang.
Penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat di pertengahan September masih belum mampu membawa perubahan arah investasi. Menurutnya, investor masih berada pada posisi risk off mode.
Di samping itu, penyerangan ladang minyak Arab Saudi oleh drone yang tidak dikenal memperkeruh kondisi politik dunia. Di saat bersamaan kondisi geopolitik Asia semakin panas setelah demonstrasi Hongkong yang belum berakhir, disusul oleh demonstrasi di Indonesia.
Sentimen global dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok ini berdampak ke Indonesia, salah satunya dari melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena berkurangnya nilai investasi asing, dan ekspor yang tumbuh melambat akibat harga komoditas yang tertekan.
Penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat bulan lalu direspon oleh Bank Indonesia dengan memangkas suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo sebesar 25bps ke angka 5,25%.
Meski demikian, Indonesia masih menjadi sasaran investasi investor asing. Saat ini, investor asing cenderung menyukai surat hutang negara atau obligasi, dibandingkan pasar saham.
“Dalam kondisi sentimen negatif dari global dan kondisi politik Indonesia yang bergejolak karena demonstrasi, investor asing cenderung berada pada risk off mode,” jelas Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya ketika dihubungi Gatra.com, Selasa (8/10).
Ivan menambahkan, beberapa hal yang perlu diwaspadai dalam membuat strategi investasi di bulan Oktober ini.
Pembahasan itu seputar perundingan lanjutan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terkait perang dagang, jadwal laporan keuangan pasar saham Kuartal III, kebijakan moneter bank sentral di dunia, pelantikan presiden Indonesia di pertengahan Oktober, dan babak final perundingan Inggris Raya keluar dari Uni Eropa (Brexit).
“Bank Sentral di penjuru dunia diprediksi akan melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan nilai suku bunga. Sementara dari sisi domestik prosesi pelantikan Presiden Indonesia yang diprediksi berlangsung aman, walaupun beberapa waktu sempat terjadi demonstrasi, akan menjadi katalis positif bagi Indonesia,” kata Ivan.
Di tengah kondisi seperti ini, Ivan merekomendasikan investor untuk melakukan diversifikasi investasi untuk meminimalisir risiko kerugian yang akan dihadapi di saat pasar masih tak menentu.
Menurutnya, reksa dana dan obligasi saat ini dapat menjadi pilihan diversifikasi investasi yang tepat. Berdasarkan data historis, pasar saham Indonesia umumnya positif di kuartal 4, sementara itu pasar obligasi berpotensi menguat saat era penurunan suku bunga.
Produk obligasi yang baru diluncurkan Kementerian Keuangan, ORI016, merupakan pilihan menarik untuk investasi di obligasi. Selain karena lebih tidak berisiko, investor dapat mulai berinvestasi dengan hanya Rp1 juta, dengan kupon 6,8% gross per tahun yang berada di atas suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 5,25% investor berpotensi memperoleh capital gain di era penurunan suku bunga ini.
ORI016 ini memiliki tenor selama 3 tahun hingga 15 Oktober 2022. Pembayaran kupon akan dilakukan pada tanggal 15 setiap bulannya, dengan kupon pertama dibayarkan pada 15 Desember 2019.