Magelang, Gatra.com - Kendala bahasa menjadi hambatan terbesar menyiapkan konsep wisata halal. Bahasa Arab serta Mandarin belum umum digunakan para pemandu dan operator wisata.
Hal itu diungkapkan Manager Pemasaran dan Pelayanan PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan & Ratu Boko, Hariadi Tidartogiri, Selasa (8/10).
Menurut Hariadi, pangsa pasar utama wisata halal adalah turis asal Timur Tengah, India, dan China. “Pemandu wisata di sini yang berbahasa asing baru menguasai bahasa yang universal diapakai seperti Inggris, Belanda, dan Prancis. Mandarin sampai saat ini belum ada,” katanya.
Selama ini, jika Borobudur kedatangan tamu negara dari wilayah Timur dan China, pihaknya mengandalkan penerjemah yang biasanya disediakan Kementerian Pariwisata.
“Selama ini kami melibatkan pihak luar. Di sini ketersedian yang menggunakan bahasa Mandarin dan Arab itu hampir tidak ada. Biasanya dari Kementerian Pariwisata yang mendampangi menyediakan translator-nya,” kata Hariadi.
Namun kata Hariadi, terkait dengan target Borobudur mendatangkan 2 juta wisatawan asing, kendala bahasa akan segera diatasi. “Langkah berikutnya kami bekerja sama dengan pihak di luar TWC untuk memberikan pelatihan bahasa asing untuk para pemandu wisata,” ujarnya.
Terutama guide anggota Himpunan Pemandu Wisata Indonesia (Hipwi) Kabupaten Magelang yang selama ini menjadi mitra Taman Wisata Candi Borobudur.
Laporan yang diterbitkan “World Travel Market” di London, Inggris tahun 2007 menyebutkan potensi ekonomi dari wisata halal sangat besar. Potensi itu tidak hanya berhubungan dengan produk makanan halal atau minuman non-alkohol, namun juga layanan yang berhubungan dengan interaksi antara wisatawan laki-laki dan perempuan.
Kementerian Pariwisata tahun ini menargetkan kunjungan wisatawan asing muslim mencapai 5 juta orang. Jumlah mereka tahun lalu mencapai 2,6 juta orang dari total 15,8 juta turis asing.