London, Gatra.com - Ilmuwan yang mempelajari penipisan ozon pada tahun 1980-an, Dr Jonathan Shanklin, mengatakan, untuk memperbaiki lapisan ozon di Antartika tidak dapat dilakukan secara instan, tapi membutuhkan kewaspadaan yang konstan.
Tahun ini, lubang di stratosfer di atas Benua Putih adalah yang terkecil dalam tiga dekade terakhir. Namun, Shanklin menegaskan, hal tersebut tetap merupakan sebuah anomali.
Tingkat ozon yang lebih baik dari yang diharapkan dapat terjadi karena pemanasan mendadak di tempat ketinggian, yang terkadang bisa terjadi. Hal tersebut mengakibatkan, reaksi kimia yang biasanya menghancurkan ozon 15-30 km menjadi berkurang.
"Untuk melihat apakah perjanjian internasional berfungsi atau tidak, Anda perlu melihatnya dalam jangka waktu panjang," kata Shanklin seperti diwartakan BBC, Selasa (8/12).
"Mungkin Anda berpikir kami telah memperbaiki lubang ozon di tahun ini, padahal kami belum melakukannya. Meskipun semuanya membaik, masih ada beberapa negara di luar sana yang memproduksi klorofluorokarbon (CFC), bahan kimia yang bertanggung jawab atas rusaknya ozon. Kami tidak bisa berpuas diri," ujarnya.
Shanklin, dengan Joe Farman dan Brian Gardiner, pertama kali memperingatkan dunia pada tahun 1985 bahwa terjadi penipisan ozon di atas Antartika pada musim semi. Ozon sendiri memilki fungsi menyaring radiasi ultraviolet berbahaya dari Matahari.
Dalam perjanjian internasional, disepakati menghapus sebagian besar bahan kimia yang mengandung klor dan bromin yang mengakibatkan penipisan ozon. Pada masanya, zat-zat ini digunakan secara luas sebagai zat pendingin, bahan pembersih, dan sebagai bahan penggerak dalam kaleng aerosol.