Jakarta, Gatra.com - Akting Joaquin Phoenix yang rilis baru-baru ini oleh sebagian kalangan patut diacungi jempol setelah berhasil memerankan sosok Joker, yang memiliki masalah hidup berat, ditambah dengan penyakit saraf yang dideritanya.
Meski dianggap memukau, Joker justru mendapatkan berbagai kritik.
Film ini dinilai dapat mempengaruhi orang untuk berpotensi mengalami masalah kejiwaan dan memperburuk kondisi orang-orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
"Pendapat bahwa audio visual yang menayangkan gangguan jiwa bisa mengganggu orang-orang untuk memiliki masalah jiwa, itu benar. Paparan dari film itu bisa menimbulkan imajinasi, terutama pada anak-anak," kata Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr. Agung Frijanto, SpKJ di Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta Selatan, Senin (7/10).
Menurutnya, tayangan film dengan adegan kekerasan bisa mengembangkan rasa takut, cemas serta merubah perilaku.
"Apalagi, kalau ada tayangan-tayangan kekerasan, itu cepat sekali memicu penontonnya," ujar dokter Agung.
Dikatakan, orang-orang yang rentan terganggu saat menonton film yang berisi kekerasan maupun penyakit gangguan jiwa, adalah anak-anak dan remaja. Mereka adalah kelompok usia rentan karena daya tahan mentalnya yang masih belum stabil.
"Saran saya, kalau ada orang tipenya mudah cemas, ya tontolah film-film yang menghibur atau menenangkan. Jangan memaksakan diri menonton film kekerasan hanya karena lagi tren saja. Jadi harus benar-benar memilih tayangan yang sesuai dengan kebutuhan," imbuhnya.