Jakarta, Gatra.com - Kepala Staf Umum Tentara Nasional Indonesia (Kasum TNI), Letjen TNI Joni Supriyanto, mengatakan, Indonesia dalam kurun waktu lima tahun ke depan, masih akan menghadapi ancaman nyata, seperti terorisme, radikalisme, sparatisme, kontak senjata, bencana alam, wabah penyakit, serangan cyber, hingga peredaran dan penyalah gunaan narkotika.
Joni dalam diskusi menyambut peringatan ulang tahun TNI ke- 74 bertajuk "Transformasi TNI di Era Disrupsi Teknologi: Prospek dan Tantangan" di Auditorium CSIS, Jakarta, Senin (7/10), menyampaikan, TNI akan bergerak cepat dan bersinergi untuk menyikapi dinamika nasional yang dinamis.
"Walaupun [saat ini] masih belum menjadi prioritas garis keamanan, ancaman belum nyata terhadap bangsa Indonesia dapat berupa konflik terbuka yang berpotensi sewaktu-waktu terjadi," katanya.
Sebagai bangsa yang memiliki potensi luar biasa, Joni mengatakan, kewaspadaan harus terus dijaga. Mengingat bentuk ancaman bersifat sangat dinamis, serta dapat berubah menjadi ancaman nyata ketika kepentingan nasional dan lembaga negara terusik.
Selain itu, Joni menjelaskan, kemajuan teknologi akan membuat ancaman semakin berkembang, sehingga TNI perlu beradaptasi mengubah taktik dan strategi dan mampu menjaga, melindungi, dan mengawal kedaulatan negara, kutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan melindungi keselamatan segenap bangsa.
Menurutnya, perubahan ancaman tersebut tidak terlepas dari perkembangan zaman dan teknologi. Untuk itu, kata Joni, pihaknya telah membentuk beberapa organisasi baru pada kurun waktu 2018-2019, yakni pembentukan Divisi Infanteri-3/Kostrad, Koarmada III, Koopsau III, dan Pasmar-3 Korps Marinir guna menghadapi trouble spot di wilayah NKRI.
"Dalam perkembanganya dan menjawab tantangan global dan tantangan musuh yang ada, TNI sudah membentuk komando khusus yang nantinya bersama dengan Mabes Polri memberantas terorisme. Ini dilakukan karena kita melihat ancamaan terorisme ke depan meningkat dan akan semakin luas," katanya.