Seoul, Gatra.com - Jumlah pinjaman yang diajukan pemuda Korea Selatan berusia 20-29 tahun meningkat drastis beberapa tahun belakangan, di saat krisis ekonomi dunia.
Seperti dilansir Korea Times, Minggu (6/10), peningkatan itu terlihat dari jumlah pinjaman mahasiswa yang semakin tinggi. Selain itu, biaya hidup sering kali tidak dibayarkan.
Pada Minggu (6/10) lalu, berdasarkan data yang disampaikan kepada Kim Byung Wook, dari Partai Demokrat Korea (DPK), jumlah pinjaman yang diajukan oleh masyarakat usia muda, meningkat dari sebelumnya di tahun 2015.
Pada 2015, jumlahnya sebanyak 691 orang, menjadi 811 orang di tahun 2018. Artinya, hal ini meningkat sebanyak 17%. Sementara di paruh pertama tahun 2019, jumlah peminjam sudah mencapai 411 orang.
Dari angka tersebut menunjukkan, para pemuda lebih rentan secara finansial karena pilihan pinjaman yang terbatas pada pinjaman dengan suku bunga tertinggi. Sedangkan penerima pinjaman itu lah yang mendapatkan pukulan cukup keras dari krisis ekonomi.
Angka itu, menurut Kim, sangat kontras dengan kelompok umur lainnya, yang lebih tinggi, yaitu kelompok umur 30 tahunan. Menurut data, angka pinjaman pada umur tersebut semakin menurun antara 4,2% dan 28,4% selama satu tahun terakhir. Hal tersebut terjadi karena kebijakan bank sentral yang melakukan pemangkasan tingkat suku bunga utama.
Sementara itu, masyarakat Korea Selatan berharap agar Bank of Korea (BOK) untuk memangkas suku bunga lagi, untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi domestik dan global.
Mengenai pinjaman pemuda yang semakin meningkat, seorang ekonom dari Universitas Yonsei mengatakan, suku bunga tidak memengaruhi tingginya tingkat pinjaman tersebut.
"Pemangkasan suku bunga dasar pada dasarnya tidak ada hubungannya dengan mereka yang berusia 20-an. Mereka tidak dapat mengelola kredit mereka karena kebanyakan dari mereka memiliki upah minimum, pekerjaan sementara, tanpa keamanan pekerjaan, yang tidak banyak memperbaiki skor kredit mereka," kata Sung Tae-yoon.