Semarang, Gatra.com - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang tengah membentuk kelompok kerja wisata kuliner dan belanja (Pokja Wiskulja) untuk menyongsong Kota Semarang sebagai destinasi gastronomi berstandar dunia.
Kepala Disbudpar Kota Semarang, Indriyasari, menerangkan, Pokja Wiskulja dibentuk sebagai tindak lanjut dari Tim Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Kemenpar yang menunjuk Kota Semarang sebagi destinasi gastronomi selanjutnya setelah Ubud, Bali.
"Untuk mempercepat Wiskulja dari pusat pada 2020, Pokja dari kami juga buat untuk fokus pada Wiskulja," kata Indriyasari, Senin (7/10).
Pokja Wiskulja, lanjut Indriyasari, terdiri dari pentahelix wisata di antaranya dari Pemkot dari Dinas Koperasi, Dinas Perdagangan, pegiat wisata, perhotelan, akademisi, media, dan para tokoh sejarah kuliner serta belanja.
"Pokja akan memperdalam desain strategi dan rencana aksi Wiskulja, seperti Ubud dan Badung di Bali sudah jadi destinasi gastronomi standar dunia," ujarnya.
Menurutnya, akan ada tiga besar (Top 3) wisata kuliner, di antaranya lumpia Semarang, bandeng duri lunak, dan ikan kepala manyung. Sementara untuk Top 3 wisata belanja masih tahap kurasi.
"Kalau wisata belanja kami masih kurasi, yang jelas ada fashion, produk kerajinan asli Semarang, dan satunya masih long list," ungkapnya.
Pokja Wiskulja juga akan bekerja pada problem standar kebersihan kuliner. Termasuk menyusun regulasi pendukung sustainable development, seperti meminimalkan penggunaan plastik di tempat umum dan fasilitas wisata.
"Turis asing sangat peduli kebersihan kuliner baik tempat, cara olah, dan penyajian. Ini menjadi PR kami. Ada juga penggunaan plastik akan diminimalkan, bisa mulai dari tempat belanja, kantor dinas, dan perhotelan," ujarnya.
Sebelumnya, Tim Percepatan Wiskulja Kemenpar menunjuk area Joglosemar yakni Kota Semarang sebagai kota kedua setelah Ubud, Bali, sebagai destinasi gastronomi. Kota Semarang akan mengadopsi prototipe destinasi gastronomi Ubud.
Semarang dipilih lantaran memiliki kesiapan, baik kekayaan kuliner dan wisata serta sejarah kuliner yang kuat yang bisa disertai dengan atraksi kuliner dan belanja.
"Kuliner dan belanja tidak hanya makan dan shoping, tapi bisa dibuat atraksi mulai dari pengenalan bahan baku, pengolahan, penyajian, dan cara menikmati. Selain itu, disusun pula narasi singkat (story telling), sehingga ada penjelasan yang sama pada sejarah kuliner belanja," katanya.