Jakarta,Gatra.com - Dari belantara rimba Borneo, pertengahan-akhir September 2019, barisan orang-orang tangguh yang bernaung dalam payung lembaga bernama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) telah berhasil melepasliarkan delapan orangutan ke habitatnya di Came Totat Zalu, Kawasan Hutan Lindung Batikap, Kalimantan Tengah. Para primata endemik Kalimantan ini adalah kandidat yang terpilih setelah dinyatakan siap untuk dilepasliarkan melalui proses karantina dan rehabilitasi yang panjang di Nyaru Menteng dan Pulau Salat.
Dari Kawasan Konservasi Orangutan BOSF Nyaru Menteng, orangutan ini diboyong menuju Bandara Kuala Kurun melalui perjalanan darat. Sesampainya di Kuala Kurun, empat kandang berisi delapan ekor individu orangutan dewasa itu dipindahkan ke lambung helikopter BNPB jenis MI 8 MTV-1 nomor registrasi UP-MI 852 untuk kemudian diterbangkan menuju Came Totat Zalu. Suara gemuruh mesin pemutar baling-baling helikopter tak membuat para orangutan itu panik ataupun ketakutan setelah tim BOSF menyuntikkan obat bius kepada kawanan mamalia bernama latin Pongo pygmaeus tersebut.
Setelah mengudara selama kurang lebih satu jam, helikopter itu mendarat di tengah rimba yang berada di kawasan hutan lindung Batikap. Orangutan itu dikeluarkan dari helikopter dan dibawa ke jantung rimba untuk dipulangkan ke kampung halaman setelah pulih dari bius yang menidurkannya sepanjang perjalanan. Pelepasliaran tersebut dilakukan secara simbolis melalui prosedur yang telah disesuaikan oleh Tim Pilot Helikopter dan Liaison Officer (LO) BNPB bersama Tim BOSF.
Para primata itu langsung memanjat pohon-pohon yang menjulang tinggi bak merobek langit. Proses pelepasliaran itu berjalan sangat sederhana dan cepat. Tanpa kata perpisahan, kawanan orangutan yang telah dinyatakan 'lulus sekolah' dari Nyaru Menteng itu berpisah dengan manusia-manusia tangguh. Mereka segera menghilang di antara rimbunnya belantara rimba, rumah yang selama ini mereka tinggalkan.