Home Ekonomi Hortikultura 6 Kabupaten di Sumut Laris di Pasar Ekspor

Hortikultura 6 Kabupaten di Sumut Laris di Pasar Ekspor

Labuhan Batu Utara, Gatra.com - Pembangunan pertanian di 6 kabupaten di wilayah Sumatera Utara (Sumut) masing-masing Kabupaten Batu Bara, Asahan, Tanjungbalai, Labuhan Batu Utara, Labuan Batu Induk, dan Labuan Batu Selatan telah membuahkan hasil. Sumut merupakan langganan eksportir ?produk hortikultura ke manca negara.

"Keberhasilan ini dapat tercapai karena jalinan kerja sama antara pemerintah baik pusat hingga kabupaten dengan petani berjalan dengan baik. Hasil

berlimpah, kemudahan layanan dan pasar ekspor yang tersedia," kata Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil, saat kunjungan kerja ke tempat pemeriksaan karantina di gudang pemilik, UD Khairatama, Labuhan Batu Utara, Sumut, Minggu (6/10).

Menurut Jamil, produk hortikultura asal Sumut yang diminati pasar global adalah buah jeruk nipis, salak, alpukat, sirsak, kecombrang, dan pisang kepok.

Khusus untuk pisang kepok, Jamil memaparkan, trennya meningkat signifikan. Tercatat sebanyak 487 kali sertifikasi ekspor pisang kepok dengan tonase 3,1 ribu ton senilai Rp14,6 miliar ke Malaysia dari Januari hingga September 2019. Sementara pada periode sama di tahun 2018, jumlah sertifikasi ekspor dengan tujuan sama hanya 252 kali, volume 1,4 ribu ton dengan nilai Rp764,9 milyar. "Dua kali lipat peningkatanya," ujar Jamil.

Tindakan Karantina untuk Jaminan Kesehatan dan Keamanan Produk

Kepala Barantan di saat yang sama melepas ekspor pisang kepok sebanyak 37 ton senilai Rp170 juta tujuan Malaysia. Selaku otoritas karantina yang memberikan jaminan kesehatan dan keamanan produk pertanian, pihaknya melakukan serangkaian tindakan karantina.

Pisang kepok ini harus bebas dari target hama atau pest yang dipersyaratkan negara tujuan yakni Bactrocera musae dan Ralstolonia musae atau Moco disiase. Jika sudah dipastikan aman, maka Surat Kesehatan Tumbuhan atau Phyosanitary Certificate (PC) segera diterbitkan.

"Sesuai instruksi Menteri Pertanian, layanan pemeriksaan karantina harus dipermudah dan dipercepat dengan tetap menjaga akurasi pemeriksaannya," ujar Jamil.

Selain siapkan layanan "jemput bola", Barantan juga melakukan digitalisasi di tiap layanan publiknya. "Ini sudah menjadi dituntutan di era perdagangan juga perkarantinaan internasional," kata Jamil.

Giatkan Program Agro Gemilang, Indikator Akselerasi Ekspor Meningkat

Kepala Karantina Pertanian Tanjung Balai Asahan (TBA), Bukhari, yang mendampingi kunjungan kerja kali ini, menyampaikan sebagai unit pelaksana teknis Barantan, pihaknya telah menggiatkan program Agro Gemilang semenjak Februari.

Ayo Galakkan Ekspor produk pertanian oleh Generasi Milenial Bangsa ini merupakan program yang digagas Barantan untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor produk pertanian. Program berupa pendampingan dan bimbingan memenuhi persyaratan teknis produk pertanian di pasar global bagi pelaku usaha baru khususnya dari kalangan muda.

Menurut Bukhari, program ini diwilayah kerjanya telah mulai membuahkan hasil. Hal ini dapat dilihat dengan peningkatan pada beberapa indikator, yakni peningkatan jumlah eksportir sebesar 11,2 % (2019: 248, 2018: 223). Jumlah tujuan negara meningkat 8% (2019: 54, 2018: 50). Juga frekuensi yang ditandai dengan peningkatan sertifkasi karantina untuk ekspor sebanyak 13,8% (2019: 3226, 2018 : 2.833).

Kepala Karantina Pertanian TBA juga menyampaikan, adanya penurunan kinerja ekspor pada produk sapu lidi asal TBA. Dibanding tahun 2018 yang dapat mencapai 297 kali sertifikasi dengan tonase 13,5 ribu ton senilai Rp881,6 milyar.

Sedangkan pada tahun 2019 sampai dengan September, baru tercatat 189 kali sertifikasi dengan total 15,1 ribu ton nilai Rp300,6 miliar. Terjadinya penurunan kinerja ini disebabkan karena negara India sebagai tujuan ekspor terbesar tengah menetapkan pelarangan sementara terhadap pemasukan Sapu Lidi atau Brom Stick asal Indonesia.

Menurutnya, hal tersebut yang tengah dilakukan upaya negosiasi persyaratan teknis oleh Barantan agar dapat dibuka kembali. "Dan hari ini, kita sama-sama pastikan bahwa proses pemenuhan persyaratan teknis Sanitary and Phytosanitary (SPS) pada sapu lidi telah dapat dipenuhi oleh UD Khairatama selaku eksportir. Jangan sampai produk kita tertolak di negara tujuan karena tidak memenuhi persyaratan teknis SPS," kata Bukhari.

Pelepasan Ekspor Produk Pertanian Sumut

Pada kesempatan yang sama juga diekspor 6 komoditas pertanian Sumut lainya dengan total 17,9 ribu ton senilai Rp35,5 miliar. Masing-masing terdiri dari Sapu Lidi sejumlah 206 ton tujuan negara Pakistan, Ijuk sejumlah 3 ton tujuan negara Malaysia, dan Kelapa Parut sejumlah 222,2 ton tujuan negara Cina

Selain itu juga, ada Kelapa Serabut sejumlah 36 ton tujuan negara Russia, Palm Kernel Expeller tujuan Yunani, dan Pinang Biji sejumlah 260 ton tujuan Iran.

Wakil Bupati Kabupaten Labuhan Batu Utara, Dwi Parantara, yang juga hadir dan turut melepas ekspor mengapresiasi upaya pembangunan pertanian yang dilakukan di wilayah kerjanya oleh jajaran Kementan.

Secara khusus, apresiasi juga disampaikan untuk Karantina Pertanian TBA yang telah menjaga kelestarian sumber daya alam hayati sekaligus mendorong upaya pertumbuhan kinerja ekspor di wilayahnya. Tidak saja sehat, aman, dan berlimpah tapi juga memiliki daya saing sehingga sehingga produk pertanian asal Sumut dapat laris di pasar global.

Kepala Barantan, Ali Jamil, menyampaikan bahwa status kesehatan hewan dan tumbuhan di suatu wilayah sangat menentukan keberterimaan produk di pasar ekspor. "Ke depan, selain kerja sama pusat dan daerah dalam pembangunan pertanian berorientasi ekspor, partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian SDA juga penting. Mari optimalkan seluruh kekuatan yang ada untuk menyongsong cita-cita bersama kita, Indonesia sebagai lumbung pangan dunia," ujar Jamil.(Adv)