Home Gaya Hidup Festival Arakan Pengantin Bentuk Pelestarian Budaya

Festival Arakan Pengantin Bentuk Pelestarian Budaya

Pontianak, Gatra.com - Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menginginkan Festival Arakan Pengantin Budaya Melayu, dalam rangkaian peringatan HUT Kota Pontianak dapat semakin meriah dan tidak monoton. “Festival Arakan Pengantin ini sudah kali kesepuluh digelar,” ujar Edi usai membuka Festival Arakan Pengantin Budaya Melayu, di Museum Kalbar, Jalan Ahmad Yani, Kalimantan Barat, Minggu (6/10).

 

Sebanyak 10 grup peserta yang tiap grup terdiri dari pasangan pengantin, pembawa hantaran, pembawa manggar dan pokok telok, serta pemain tanjidor dan rebana, berarakan di Jalan Ahmad Yani dari Museum Kalbar menuju Masjid Raya Mujahidin. Edi juga berharap festival ini tidak hanya menampilkan budaya secara seremonial semata, namun bisa memberikan nilai positif bagi perkembangan ekonomi kreatif di Kota Pontianak. “Festival ini bila diviralkan dan digaungkan, akan menarik minat wisatawan untuk menyaksikan,” harapnya.

Festival Arakan Pengantin di Jalan Ahmad Yani, Kalimantan Barat, Minggu (6/10). (GATRA/Angah/far)

 

Edi menilai penampilan para peserta sudah dipersiapkan secara serius, namun tak kalah pentingnya dapat melibatkan masyarakat sebanyak-banyaknya, pemerhati budaya, pelaku kesenian serta pelaku ekraf. "Jadi, perlu kolaborasi dari berbagai pihak, tidak hanya selesai pada festival arakan pengantin saja, tetapi juga memberikan dampak positif dan multiplier effect bagi masyarakat," tegasnya.

 

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, Rendrayani, menuturkan, Arakan Pengantin Melayu Pontianak sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2017 lalu. "Namanya budaya itu kan warisan dari leluhur dan itu harus tetap kita lestarikan, sehingga kita harus apresiasi festival ini," tuturnya.

 

Sebagai adat budaya, lanjutnya, keaslian budaya itu sendiri harus tetap dipertahankan. Meskipun diakuinya sah-sah saja bila ada sentuhan kreasi sepanjang tidak mengubah pakemnya. Misalnya, barang hantaran, meskipun diberi sentuhan kreasi tetapi tetap harus ada filosofi. "Misalnya di hantaran itu wajib dihadirkan sirih pinang walaupun bentuknya dikreasikan," pungkasnya.

 

 

Reporter: Angah

208