Palembang, Gatra.com – Dua hari ini berdasarkan data dari satelit Badan Meteorlogi, Geofisika dan Klimatoligi (BMKG), diketahui kondisi konsetran PM 10 berada pada kondisi berbahaya. Misalnya, pada Minggu (6/10), titik konsentrat PM 10 mulai pada pukul 00.00 wib sampai dengan 03.00 wib berada pada kualitas berbahaya.
Sedangkan, setelah pukul 03.00 wib, hotspot mulai mengalami penurunan mulai dari kualitas berbahaya, lalu menuju kualitas udara sangat tidak sehat, menjadi tidak sehat, dan ke kualitas udara sedang.
Kondisi ini seiring dengan jumlah titik api yang masih terjadi di sejumlah lokasi termasuk di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Berdasarkan data BPBD Sumsel, titik api masih paling banyak berada di kabupaten OKI mencapai 94 titik api, dari 168 titik api. “Titik api terbanyak masih berasal dari OKI, dan tim masih melakukan upaya pemadaman di lokasi,” ujar Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Ashori dihubungi Gatra.com.
Sementara, sehari sebelumnya, jumlah titik api di Sumsel mencapai 125 hotspot dengan kabupaten sebagai penyumbang terbesar titik api yakni mencapai 70 hotspot. BPBD menyatakan pemantauan titik api sedikit terhalang hotspot akibat tertutup awan. “Hotspot terhalang awan,”ungkap Ashori.
Hotspot sempat berkurang di Sumsel, akibat hujan yang terjadi selama 2-3 hari.
Sementara berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLH-P) pada tanggal 6 Oktober, diketahui jika udara di Palembang sudah dalam kondisi tidak sehat dengan parameter PM10. Konsentrasi PM10 berada pada nilai 145, SO2 bernilai 22, CO bernilai 2. Penilaian udara tidak sehat ini, berlangsung sejak pukul 15.00 wib pada 5 Oktober, sampai pada 6 Oktober pada pukul 15.00 wib.
“Kondisi udara tidak sehat ini, diharapkan masyarakat bisa mengantisipasinya dengan melindungi tubuh, terkhusus saluran pernapasan dan menjaga tubuh agar tidak dehidrasi,”ucapnya.