Srinagar, Gatra.com - Serangan granat di kota Anantnag bagian selatan Kashmir ,India pada 4 Oktober 2019 kemarin melukai 10 orang warga termasuk polisi dan jurnalis. Meski pemerintah belum memberikan keterangan resmi terkait peristiwa tersebut, namun pihak kepolisian melalui akun twitter resmi sudah menuduh dalang di balik serangan.
"Teroris yang melemparkan granat di Anantnag," ujar polisi dalam twitnya.
Mengutip Reuters, ledakan itu terjadi di dekat kantor pemerintah. Peristiwa ini menjadi serangan pertama di dekat kantor pemerintah setelah India mencabut status khusus wilayah Jammu dan Kashmir yang mayoritas penduduknya beragama muslim pada 5 Agustus lalu.
Sejak keputusan tersebut diterapkan, kondisi di kedua wilayah tersebut bisa dibilang lumpuh. Pemerintah India menutup akses internet, telepon serta memberlakukan pembatasan jam malam di wilayah tersebut. Para pengamat sudah mengatakan bahwa keputusan India mencabut status otonomi khusus Jammu dan Kashmir akan memicu perlawanan lebih lanjut dari penduduk kedua wilayah itu.
Seperti diketahui, negara bagian Jammu dan Kashmir didefinisikan sebagai bagian dari India sejak tahun 1957. Namun dalam Perjanjian Simla yang dibuat pada 2 Juli 1972 disebutkan India menguasai Jammu dan Kashmir, sedangkan Pakistan menguasai Gilgit-Baltistan dan Azad Kashmir. Sementara, Akshai Chin di bagian timur Kashmir dikuasai oleh Cina.
Meski perjanjian sudah dibuat, tetapi India dan Pakistan masih kerap berselisih mengenai perbatasan. Lebih dari 40.000 orang telah tewas dalam pemberontakan di Kashmir,India sejak 1989.