Port-au-Prince, Gatra.com - Para pemimpin oposisi Haiti memimpin pawai besar dan melakukan aksi unjuk rasa meminta Presiden Jovenel Moise untuk turun dari jabatannya. Demonstrasi yang sudah berlangsung sejak 30 September itu menyalahkan Moise atas krisis ekonomi dan politik yang mendalam.
Para pemimpin dari kelompok oposisi yang dipimpin oleh politisi Andre Michel dan warga Haiti yang tidak puas tersebut menyerukan pemecatan Moise. Mereka menganggap Moise gagal mengatasi masalah meluasnya kekurangan bahan pangan dan bahan bakar, melemahnya mata uang, inflasi yang mencapai dua digit, serta adanya tuduhan korupsi yang dilakukan oleh pejabat publik di pemerintahan Moise.
Meski aksi unjuk rasa tersebut berjalan damai, bentrokan sempat terjadi antara pengunjuk rasa dengan polisi. Mengutip Reuters, bentrokan pecah ketika polisi yang mengenakan helm beserta perisai menggunakan truk, meriam air dan gas air mata untuk mencegah pengunjuk rasa berbaris ke arah markas besar pasukan penjaga perdamaian AS dan keadilan yang berada di dekat bandara Port-au-Prince.
Beberapa dari pengunjuk rasa tersebut melakukan aksi anarkis dengan membakar ban, melemparkan batu, botol dan bom Molotov ke jalanan. Sementara, beberapa yang lain berusaha menghalangi rekannya untuk tidak melempar batu ke arah polisi.
Meskipun, mulai hari Jumat 4 Oktober 2019 kemarin kondisi di ibu kota Haiti tersebut sudah berangsur-angsur kondusif. Para pemimpin oposisi tampaknya memerhatikan seruan dari PBB dan Kanada untuk menggelar kondisi unjuk rasa yang damai.