Jakarta, Gatra.com - Kepala Sub Satuan Tugas (Satgas), Satgas Pangan, Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Kepolisian RI, Helfi Assegaf mengungkapkan harga libe bird (LB) atau ayam hidup kerap jatuh disebabkan oleh faktor validitas data.
"Macam-macam sih ya ada karena validitas datanya, mungkin datanya nggak valid. Kemudian, pemerataan pemasaran yang kurang," ungkapnya kepada awak media, Jumat (4/10).
Kemudian, Ia berpendapat oversuplai kemungkinan juga disebabkan oleh tidak validnya data yang diberikan oleh produsen.
Baca juga: Peternak Ayam Tuntut Perbaikan Harga Ayam Hidup
Helfi mengungkapkan adanya kesenjangan produksi ayam hidup. Ia menjelaskan produksi sebagian besar ada di Pulau Jawa, sedangkan daerah-daerah tertinggal dan Indonesia Timur mengalami kekurangan suplai.
"Transportasi terutama hambatannya di situ. Karena alam, cuaca, banyak faktor. Mungkin kapalnya juga. Masalah pangan bukan hanya persoalan administrasi atau pelanggaran pelaku usaha tapi banyak faktor," terangnya.
Selain itu, Helfi mengusulkan adanya revisi peraturan yang mengatur penjualan oleh peternak mandiri dan integrator. Ia berharap peternak mandiri diarahkan menjual produknya ke pasar tradisional, sedangkan peternak intergrator menjualnya ke pasar modern.
"Makanya lagi ditata semuanya melalui pendataan dan dicek riil di lapangan yang diinput. Plus minus (populasi ayam) sedikit terasa (terhadap manajamen suplai)," ungkapnya.
Sambungnya, Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki tim analisis yang menghitung jumlah ayam serta telur dan daging yang dihasilkan.