Home Milenial Monoton, Banyumas Perlu Kembangkan Wisata Alternatif

Monoton, Banyumas Perlu Kembangkan Wisata Alternatif

Banyumas, Gatra.com - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dianggap perlu mengembangkan destinasi dan aktivitas wisata alternatif. Hal ini bertujuan mengantisipasi kebosanan wisatawan terhadap pilihan daya tarik wisata yang monoton di kawasan Baturraden.

Pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman, Drs Chusmeru MSi mengatakan, selain mengandalkan Lokawisata Baturraden, Pemkab Banyumas perlu mengembangkan special interest tourism atau wisata alternatif. Penyebabnya, Baturraden sudah terlanjur dicitrakan sebagai destinasi wisata massal.

"Padahal banyak potensi yang masih bisa digali selain mengunjungi Baturraden. Namun, pemerintah daerah perlu memetakan potensi wisata minat khusus atau alternatif, baik yang ada di kawasan Baturraden maupun di selatan. Mengapa hal ini perlu dilakukan," katanya, Jumat (4/10).

Menurut dia, saat ini wisata minat khusus menjadi tren, terutama kalangan milenial. Mereka lebih menyukai perjalanan individual atau bersama komunitas tertentu. Selain itu, ada perubahan motivasi kunjungan dari sekadar rekreasi menjadi pemenuhan hobi, rasa ingin tahu, hingga wisata yang antimainstream. Caranya dengan mengunjungi objek baru dan penuh tantangan.

Pembangunan objek wisata massal, kata dia, cenderung menimbulkan dampak negatif terhadap alam, lingkungan, dan budaya. Sebaliknya, wisata minat khusus dan alternatif justru mendukung pelestarian alam dan seni budaya.

"Wisata minat khusus ini memanfaatkan sumber daya alam dan seni budaya sebagai daya tarik wisata. [Terutama] dengan memperhatikan daya dukung wilayah dan jumlah wisatawan yang terbatas," katanya.

Chusmeru merinci, sejumlah daya tarik wisata alternatif yang dapat dikembangkan di Banyumas, antara lain air terjun, gua, memancing, atraksi seni, dan kuliner, aktivitas menamam padi dan memetik buah di kebun. Selain itu, terdapat wisata spa di Pancuran Pitu mempelajari kesenian tradisional atau paket wisata lain seperti panjat tebing, pendaki gunung, maupun bersepeda.

"Pemerintah daerah dan pelaku wisata harus selalu mencermati perubahan atau tren berwisata. Ini akan memunculkan kreasi dan inovasi baru untuk menciptakan wisata minat khusus. Libatkan juga Badan Usaha Milik Desa dan UMKM untuk memetakan potensi, merancang, dan memasarkan wisata minat khusus ini," tambahnya.

Secara terpisah, pelaku wisata, Wiwit Yuni menuturkan, tiga tahun belakangan ini sejumlah objek wisata di kawasan lereng Gunung Slamet bagian selatan ini cukup laris. Bahkan, hampir setiap pekan, kemacetan terjadi di Baturraden.

"Pengunjung memang meningkat. Itu pasti membawa berkah bagi pelaku wisata. Namun, ini bisa menjadi titik balik karena melonjaknya pengunjung bisa merasa bosan, atau jengah dengan kemacetan di sekitar Baturraden," ucapnya.

Menurut dia, peningkatan jumlah pengunjung tidak sebanding dengan tersedianya fasilitas pendukung, seperti kamar mandi dan parkir. Meski terlihat sepele, kurangnya fasilitas itu menyebabkan pengunjung merasa kapok.

Salah satu solusinya, kata Wiwit, pemerintah perlu mendorong destinasi wisata alternatif seperti desa wisata maupun mengembangkan atraksi wisata lainnya. Hal ini bertujuan memecah konsentrasi pengunjung di satu titik.

"Desa wisata di Banyumas cukup banyak yang menarik. Hanya saja belum dikelola dan dipromosikan dengan maksimal," ujarnya.

Menurut dia, wisata alternatif juga harus melibatkan komunitas maupun asosiasi pelaku wisata setempat, seperti Kelompok Sadar Wisata. Mereka akan menjadi ujung tombak promosi.

Dari 23 desa wisata di Banyumas, saat ini hanya satu desa yang layak dikunjungi, yaitu Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden. Sedangkan desa lainnya, masih membutuhkan peningkatan pengelolaan dan sumber daya manusia.

"Untuk skala pengunjung dari luar daerah, Desa Karangsalam. Lainnya masih membutuhkan proses panjang," kata dia.

437