Purwokerto, Gatra.com - Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah merekomendasikan agar pelaksana proyek pembangunan Purwokerto City Center (PCC) mempertahankan keaslian satu pintu Stasiun Timur. Sebab, bangunan ini menjadi simbol masa kejayaan alat transportasi modern pada masa pemerintah Hindia Belanda di Purwokerto, Jawa Tengah.
Kepala Seksi Sejarah dan Purbakala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Carlan mengatakan, sesuai kajian Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banyumas yang dilakukan bulan Agustus 2019 lalu, terdapat tiga pintu gudang yang masih utuh dan asli di komplek cagar budaya Stasiun Timur Purwokerto. Namun, BPCB hanya meminta satu pintu yang tetap dipertahankan.
"Dari seluruh bangunan stasiun Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) ini ada tiga pintu yang masih asli. Ada juga eks gudang pupuk. Namun kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk digunakan lagi," katanya, Jumat (4/10).
Menurut Carlan, bekas stasiun SDS tersebut tidak termasuk pada daftar 59 cagar budaya Banyumas yang dikaji BPCB Jateng. Namun, karena sifatnya kawasan dan memiliki nilai sejarah, TACB dan BPCB tetap merekomendasikan untuk mempertahankan dan melestarikan pintu gerbang itu.
Dia menjelaskan, satu pintu yang dipertahankan ini sebagai bentuk pelestarian serta memberikan edukasi tentang sejarah masa keemasan alat transportasi berupa kereta uap ini. Menurut Carlan, rekomendasi tersebut telah disampaikan kepada pengelola proyek dan Bupati Banyumas.
Sementara itu, budayawan Banyumas, Yatman Sumarman menyebutkan, jalur kereta dan Stasiun SDS tersebut merupakan alat transportasi untuk mengangkut hasil perkebunan. Seperti diketahui, karesidenan Banyumas memiliki sejumlah pabrik gula berskala besar.
"Kereta api pertama masuk dari Jakarta itu April 1927. Yang diangkut adalah hasil perkebunan," tuturnya.
Yatman menuturkan, jalur kereta SDS ini menghubungkan Stasiun Maos (Cilacap), Purwokerto-Sokaraja-Banjarnegara hingga Wonosobo. Sementara deretan rumah di Jalan Merdeka Purwokerto merupakan rumah dinas pegawai SDS, hotel, serta komplek olahraga. Hal itu diketahui dari cerita mendiang ayahnya, Sumarman yang merupakan pegawai Staatsspoorwegen (SS) yang berkantor di Lapangan Porka Purwokerto.
Dia menyarankan, bila sisa bangunan di komplek Stasiun Timur tersebut dipertahankan maka sebaiknya dikelola secara serius oleh Pemkab Banyumas. Meski aset tersebut saat ini milik PT Kereta Api Indonesia.
"Ini menarik untuk tujuan wisata. Jadi harus dikelola dengan serius," tambahnya.