Pontianak, Gatra.com - Pemerintah Kota Pontianak menyebut konsep pengolahan air asin melalui metode Reverse Osmosis (RO) untuk bahan baku PDAM, dapat diterapkan namun biaya investasi yang diperlukan cukup besar mencapai Rp800 miliar.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengungkapkan untuk ketersediaan air baku PDAM Kota Pontianak, memang selama ini selalu mengalami persoalan.
“Kota Pontianak hingga saat ini masih mengandalkan Sungai Kapuas,” katanya di Kota Pontianak, Jumat Siang (4/10).
Wali Kota menyebut permasalahan yang terjadi saat musim kemarau, selama ini PDAM Kota Pontianak mengolah air asin karena adanya interupsi air laut, serta terjadinya penurunan air gambut ke Sungai Kapuas.
“Seperti saat ini, air produksi PDAM musim kemarau asin. Ini terjadi karena Kota Pontianak berada di dekat Muara Sungai Kapuas,” katanya.
Dikatakan, penyediaan air baku PDAM bukanlah semata tanggungjawab Pemkot Pontianak, namun juga tanggung jawab pemerintah pusat atau provinsi.
“Harus ada koordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat untuk penyediaan air baku,” tuturnya.
Pemerintah pusat lanjut Edi sebenarnya sudah membangun Waduk Penepat dengan luas sembilan hektare, namun yang baru terbangun dua hektare.
"Dengan jarak kurang lebih 25 Km dari Jalan Imam Bonjol dan pipa pengantar berdiameter 800 mm," jelasnya.
Seorang warga Kota Pontianak, Anggun Setyowati menyampaikan dalam beberapa pekan terakhir, memang kondisi air PDAM terasa asin saat musim kemarau.
“Jika kadar asinnya berkurang itu mungkin karena sudah mulai turun hujan deras beberapa hari terakhir,” katanya.
Dia berharap ada solusi dari Pemerintah Kota Pontianak, karena kondisi ini selalu terjadi setiap datangnya musim kemarau panjang.
“Saya harap jangan terjadi lagilah kedepannya, karena air asin ini kan dipakai untuk mandi juga tidak enak, terasa lengket dan gatal di kulit,” katanya.