Baghdad, Gatra.com - Kepolisian Irak menembaki sekelompok kecil pengunjuk rasa di Baghdad. Kerusuhan telah berlangsung selama tiga hari dan pemerintah belum mendapat solusi atas kecaman tersebut. Terakhir, aksi demonstrasi dan kerusuhan di kota-kota Irak ini telah mengakibatkan 46 tewas.

Menurut laporan Reuters, kerusuhan dipicu oleh kemarahan rakyat atas standar hidup yang buruk dan korupsi. Selama aksi unjuk rasa berlangsung tidak ada tanggapan berarti dari para politisi maupun pemerintah.

Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi mengakui adanya ketidakpuasan publik terhadap pemerintah. Dia bersikeras membuat politisi sadar akan penderitaan massa

"Kami tidak tinggal di menara gading - kami berjalan di antara Anda di jalan-jalan Baghdad," katanya.

Abdul Mahdi menyerukan ketenangan dan dukungan dari anggota parlemen untuk merombak pos kabinet jauh dari pengaruh partai besar dan kelompok. Dia mengatakan upah dasar untuk keluarga miskin akan dibahas oleh pemerintah, tetapi tidak ada "solusi ajaib" yang tersedia untuk memperbaiki negara.

Keluar di jalan-jalan Baghdad semalam, pengunjuk rasa berkumpul dengan api unggun di antara puing-puing kendaraan lapis baja, di seberang Sungai Tigris dari kompleks pemerintah. Kepada Reuters, mereka mengatakan bahwa dana mereka disedot oleh partai-partai politik yang memiliki kekuasaan kuat di Baghdad.

Para ulama terkemuka negeri menyalahkan para politisi untuk bertanggung jawab terhadap kerusuhan dan angka kematian dari demosntran yang makin bertambah tersebut. Mereka menuntut agar para politisi memenuhi permintaan dan tuntutan demonstran. 
 

"Mereka menembak langsung ke rakyat Irak dan kaum revolusioner. Kita bisa menyeberangi jembatan dan membawa mereka keluar dari Zona Hijau!" teriak seorang pengunjuk rasa.