Jakarta, GATRAreview.com - Pertumpuhan ekonomi nasional, selama lima tahun masa pemerintahan Presiden Jokowi memang menunjukan stagnan di kisaran angka 5 %. Kondisi ini bisa dibilang wajar mengingat lima tahun terakhir kondisi ekonomi global memang sedang tidak menentu. Apalagi diperparah dengan adanya perang dagang antara dua Negara raksasa ekonomi, Amerika Serikat (AS) dengan China.
Sejumlah analis menilai kondisi ekonomi nasional, akan terus tumbuh positif. pada periode kedua Pemerintahan Jokowi nanti. Hal itu didukung dengan fakta bahwa selama lima tahun ini, inflasi tetap terjaga di kisaran angka 3 %. Masih lebih rendah dibanding angka pertumbuhan ekonomi. Inflasi rendah menunjukan bahwa daya beli masyarakat tinggi dan memiliki kemudahan untuk menjangkau harga pasar.
BI Optimis Inflasi Tetap Terjaga
Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi untuk pekan pertama, Oktober ini sebesar 0,02% month to month (mtm) atau 3,13% year on year (yoy). "Jadi, lebih rendah (inflasinya) dari September sebesar 3,39% yoy," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, saat ditemui Devi Anggraini dari GATRA review.com di Gedung BI, Jakarta, Jumat (4/10).
Perry mengatakan adanya inflasi tersebut, disebabkan beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain daging ayam sebesar 0,03% dan tomat sayur sebesar 0,01%. Namun, Perry tetap optimis hingga akhir tahun ini, inflasi masih tetap terjaga. "Insya Allah, sampai akhir tahun akan sesuai dengan perkiraan kita yaitu berada di bawah titik tengah sasaran 3,5%, menunjukkan inflasi terkendali," jelasnya.
Harus Dipertahankan
Sementara itu, dalam kesempatan beberbeda, Menteri Keuangan, Sri Muyani Indrawati menyampaikan bahwa diprediksi, hingga akhir tahun inflasi akan tetap terjaga di kisaran 3-3,5%. Kondisi ini, kata Ani, begitu ia biasa disapa, sesuai dengan apa yang ditargetkan oleh Pemerintah yakni menjaga inflasi.
“Kalau kita lihat dari fenomena pergerakan harga, kita melihatnya dari sisi keseluruhannya. Inflasi tahun ini sesuai yang kita harapkan. Jadi lima tahun berturut-turut Indonesia akan dapat menjaga inflasi hingga 3%. Itu adalah suatu pencapaian sangat baik dan harus dipertahankan,” kata Ani kepada M. Egi Fadliansyah dari GATRAreview.com di kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (4/10).
Maka dari itu, Menkeu optimis inflasi yang mencapai target Pemerintah dapat mendorong daya beli masyarakat. Walaupun, terkadang dalam satu tahun ada satu bulan inflasi yang sangat tinggi, naun saat situasional tertentu ada inflasi yang pick up.
Data BPS
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode September 2019. Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,27% secara bulanan (month-on-month/mom). Sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) berada di level 3,39%. Deflasi pada September menandai deflasi kedua di 2019.
Jika ditotal untuk periode kuartal III-2019, Indonesia membukukan inflasi sebesar 0,16%. Inflasi pada kuartal III-2019 berada jauh di bawah rata-rata inflasi kuartal III dalam empat tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mencapai 0,62%.
Di era pemerintahan Jokowi, inflasi kuartal III-2019 yang hanya sebesar 0,16% merupakan inflasi kuartal III terendah kedua di eranya, pasca pada kuartal III-2018 Indonesia hanya mencatatkan inflasi sebesar 0,05%.