Home Kesehatan Tak Cuma Jual Obat, Apoteker Harus Peka Taraf Ekonomi Pasien

Tak Cuma Jual Obat, Apoteker Harus Peka Taraf Ekonomi Pasien

Yogyakarta, Gatra.com- Apoteker diharapkan dapat menjual obat dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi pasien untuk membayar obat.   

Ketua Panitia Kegiatan Ilmiah Tahunan Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat (KIT Hisfarma) 2019, Ingenida Hadning, mengatakan pekerjaan apoteker memiliki dua mata sisi, yakni sebagai bisnis dan profesi. Ketika dihadapkan pada bisnis, apoteker dituntut untuk mendapatkan omzet. 

Namun, sebagai profesi kemanusiaan, apoteker juga harus melihat kemampuan ekonomi pasien yang membutuhkan obat. Untuk itu ketika menawarkan obat, apoteker seharusnya tidak hanya berdasar acuan dari industri farmasi. 

"Tapi juga masyarakat yang diberikan obat harus dilihat, apakah mampu masalah biayanya. Jadi obat yang ditawarkan itu tidak hanya efektif, tapi juga ekonomis," katanya di sela acara KIT Hisfarma 2019 di Sahid Jaya Hotel and Convention Hall Yogyakarta, Jumat (4/10).  

Ingenida juga mengatakan,  apoteker mesti memberi edukasi ke masyarakat dalam penggunaan obat, baik pemakaian, cara simpan, maupun membuangnya. 

"Kami harap masyarakat cerdas menggunakan obat, belajar tentang obat. Misal sedikit-sedikit flu, kemudian di apotek diberikan obat. Tidak semua penyebab sakit adalah bakteri. Sehingga masyarakat harus lebih meningkatkan pengetahuannya dan apoteker tidak sembarangan memberikan obat," katanya. 

KIT Hisfarma 2019 dihadiri oleh sekitar 1.512 peserta apoteker dari 34 provinsi. Di sela acara juga diberikan achievement awards kepada Ahaditomo yang merupakan Ketua Umum Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) ke-15 yang merupakan cikal bakal Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).    

Ketua Pengurus Daerah IAI Daerah Istimewa Yogyakarta Nanang Munif Yasin mengatakan obat tidak akan manjur lagi saat salah digunakan. Semisal obat harusnya diminum setelah makan, tetapi oleh pasien dikonsumsi secara bersamaan. 

Untuk itu, apoteker diharapkan bisa memberi edukasi lebih komprehensif kepada pasien. Dengan begitu, timbul kesadaran untuk bertanya tentang obat ke apoteker. 

"Dengan adanya edukasi, masyarakat cerdas dalam memahami obat. Tidak hanya cara minum, tapi juga penyimpanannya, apakah harus di kulkas atau di tempat biasa, supaya tidak rusak," ucapnya.

359