Home Kesehatan Kemenkes Harap Rokok Tidak Dijual per Batang

Kemenkes Harap Rokok Tidak Dijual per Batang

Jakarta, Gatra.com - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) ) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Cut Putri Arianie mengatakan, rokok menjadi penyebab segala penyakit khususnya di Indonesia. Bahkan, Indonesia sempat mendapat julukan ‘baby smokers countries’ lantaran terdapat anak berumur 2,5 tahun yang sudah mengonsumsi rokok.

"Kalau lihat riskesdas tahun 2013, dari 7,2% terus setiap tahun, naik sampai sekarang ini 9,1% untuk perokok muda," kata Cut Putri di UI Salemba, Jakarta, Jumat (4/10).

Padahal, kata Cut Putri, pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi konsumsi rokok masyarakat. Mulai dari penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), sosialisasi anti rokok, hingga iklan pelayanan masyarakat.

Cut Putri berharap penjualan rokok tidak dilakukan secara eceran atau per batang. Karena dapat memberi ruang gerak yang lebih leluasa bagi anak-anak untuk memilikinya dengan harga terjangkau.

"Karena kalau eceran, dia sekarang kampanyenya kan lewat harga, 1000 per batang, itu anak-anak bisa beli. Harus ada restriksi di bawah 18 tahun, bagaimana caranya," ujarnya.

Meski tarif cukai rokok terus naik setiap tahunnya, bahkan tahun 2020 nanti akan naik hingga 23% dengan harga jual naik hingga 35%, Cut Putri menilai tidak terlalu signifikan, karena jika jika dihitung harga eceran per batang, masyarakat menengah ke bawah sekalipun masih mampu membeli rokok.

"Kalaupun cukai rokok naik, tapi selama masih dijual eceran, gak ada manfaatnya dong. Misalnya nanti naik sekitar Rp60 ribuan, tapi kalau Rp60 ribu dapat 12 batang, dan kalau dijual eceran per batang berapa? Harganya bisa Rp5.000, dan harga itu orang masih bisa juga beli," katanya.

Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah merilis hasil penelitiannya mengenai rokok dan vape. Bahkan, perhimpunan para dokter ini telah mengimbau masyarakat untuk berhenti mengonsumsi vape lantaran dinilai tidak aman dikonsumsi.

"Imbauan ini sudah datang dari para klinisi sendiri karena mereka sudah lihat pasien-pasien yang masuk dirawat akibat vape. Ayo berdasarkan basis itu kita pilih hidup sehat," katanya.

930

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR