Arab Saudi membuka diri terhadap segala inisiatif penyelesaian Perang Yaman. Pemerintah Iran menyambut dengan "syarat".
***
Sebuah rekaman serangan besar ke Arab Saudi disiarkan oleh pemberontak Houthi Yaman pada Ahad lalu. Serbuan lintas perbatasan yang terjadi di wilayah selatan Najran itu menunjukkan kendaraan berlapis baja yang terkena ledakan dan terbakar, dengan para tentaranya menyerah.
Dari serangan itu, Houthi mengeklaim setidaknya telah menewaskan atau melukai 500 tentara dan ribuan lainnya menyerah. Pertempuran ofensif selama 72 jam di kota barat daya Arab Saudi itu, disebut telah mengalahkan tiga brigade militer dan menangkap ribuan tentara, termasuk perwira. “Lebih dari 200 [tentara] yang terbunuh oleh lusinan serangan [rudal dan drone],” ujar juru bicara militer Houthi, Kolonel Yahya Saree, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Menteri Informasi Yaman, Moammar el-Eryani, membantah klaim Houthi tersebut. “Ini merupakan upaya untuk mempromosikan kemenangan palsu,” katanya seperti dikutip dari CNN.
Senada dengan itu, juru bicara Koalisi Saudi, Kol Turki al-Malki, mengatakan bahwa klaim Houthi sebagai bagian dari kampanye media yang menyesatkan. Menurutnya, koalisi malah berhasil menggagalkan upaya pemberontak Houthi mengepung unit tentara Yaman yang pro koalisi.
Al-Malki bahkan menyebut pihaknyalah yang berhasil merebut Najran sejak Kamis pekan lalu. Koalisi mengeklaim telah menewaskan setidaknya 1.500 pemberontak dan merusak 250 kendaraan milik pemberontak Houthi.
Analis geopolitik Timur Tengah dari Yayasan Next Century, Catherine Shakdam, memilih tidak meragukan klaim Houthi di Yaman. Menurutnya, video dan gambar yang beredar telah menegaskan klaim itu. “Ini menunjukkan bahwa perang Yaman telah bergerak ke tanah Saudi,” ujarnya.
Shakdam melihat, meski memiliki koalisi besar, Arab Saudi tetap sendiri dalam menghadapi pertempuran ini. Menurutnya, orang-orang Houthi saat ini berada di atas angin. Upaya pemberontakan dengan kampanye pelanggaran hak asasi manusia, membuat Arab Saudi dalam posisi sulit.
***
Sehari setelah klaim serangan Houthi Yaman, Komite Palang Merah Internasional menyebut bahwa Gerakan Islam Syiah Zaidi itu telah membebaskan 290 tahanan. Hal ini sebagai bagian upaya perdamaian yang diprakarsai PBB.
Seperti dilansir dari BBC, utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, berharap langkah Houthi ini akan mengarah pembebasan lebih lanjut dari kedua belah pihak. Pertukaran tahanan merupakan salah satu dari tiga unsur perjanjian di antara pihak bertikai yang ditengahi Palang Merah Internasional itu.
Ketua Komite Houthi untuk urusan tawanan perang, Abdul Qader al-Murtada, mengatakan bahwa pihaknya membebaskan 350 tahanan pada Senin ini. Di antara tahanan yang dibebaskan, ada tiga warga Arab Saudi yang tidak teridentifikasi. “Inisiatif kami adalah membuktikan kredibitas dalam mengimplementasikan Perjanjian Swedia dan kami mengajak pihak lain untuk mengambil langkah yang sebanding,” ujarnya.
Sebelumnya dalam wawancara program televisi 60 Minutes di CBS, Pangeran Arab Saudi Mohammed Bin Salman (MBS) mengatakan, mengakhiri Perang Yaman lewat kesepakatan damai akan jauh lebih mudah jika Iran berhenti mendukung Houthi. “Hari ini kami membuka segala inisiatif untuk solusi politik di Yaman,” ujarnya.
Sebagai informasi, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab terlibat Perang Yaman pada 2015. Tujuannya memulihkan pemerintahan sekutu yang digulingkan oleh pejuang Houthi. Yaman terlibat dalam perang saudara selama bertahun-tahun, menempatkan pemerintah yang didukung koalisi Arab Saudi berhadapan dengan pemberontak Houthi yang disokong Iran.
MBS telah memberi peringatan untuk menghindari perang antara negaranya dan Iran sebagai buntut Perang Yaman. Menurutnya, jika terjadi, konfrontasi bersenjata antara Saudi dan Iran akan mengarah pada kehancuran total ekonomi global dengan berdampak kepada harga minyak yang dapat melonjak tinggi.
Pemimpin pemberontak Houthi, Mohammed al-Houthi, menyambut baik komentar dari Putra Mahkota Arab Saudi tersebut. “Optimisme Mohammed Bin Salman untuk menghentikan perang adalah hal yang positif,” kata Anggota Dewan Politik Pemberontak Houthi itu lewat akun Twitter resminya. Al-Houthi menambahkan, optimisme itu perlu didukung dengan keseriusan.
Menurut juru bicara Kepresidenan Iran, Ali Rabiei, pesan MBS itu telah diterima Presiden Iran, Hassan Rouhani. Rabiei menyebut Iran menyambut baik usulan dari Arab Saudi tersebut. “Tetapi kita perlu melihat tanda-tanda yang jelas dari Saudi, yang pertama menghentikan serangan terhadap Yaman,” ujarnya.
Birny Birdieni