Batam, Gatra.com - Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepri, dr. Aniesaputri Junita, SKM, MPH menyebut, secara nasional penanganan gizi buruk (giruk) di wilayah Kepri sudah cukup baik.
Ini kelihatan dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahunan yang menempatkan Kepri pada urutan ke 4 dengan prevalensi stunting terendah.
Meski begitu, dia mengakui kalau di wilayah kepulauan itu, masih banyak ditemukan masalah gizi buruk terhadap anak dan balita.
"Di pulau-pulau terluar itu masih banyak ibu-ibu yang hanya mengandalkan Susu Kental Manis (SKM) atau susu formula sebagai minuman dan diberikan untuk anaknya secara reguler. Meski si ubu sudah teredukasi bahwa Air Susu Ibu (ASI) adalah yang terbaik, terkadang ibu-ibu tidak sabar, anak menangis, diberilah SKM atau susu lain yang rasanya enak, tapi jauh dari kata sehat," terang Aniesa kepada Gatra.com, Kamis (3/10) di Batam.
Mengacu pada Riskesdas 2018 kata Aniesa, data menunjukan adanya perbaikan status gizi pada balita di Indonesia, di antaranya proporsi status gizi sangat pendek dan pendek, turun dari 37,2 persen (Riskesdas 2013) menjadi 30,8 persen (Riskesdas 2018).
Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi kurang, turun dari 19,6 persen (Riskesdas 2013) menjadi 17,7 persen. Meski demikian, WHO masih mengkategorikan Indonesia sebagai negara darurat gizi buruk. Sebab ambang batas toleransi stunting yang ditetapkan WHO adalah 20 persen dari jumlah keseluruhan balita yang ada.
Secara umum, menurut Anisa, Provinsi Kepulauan Riau menduduki posisi terbaik dalam hal penanganan gizi buruk di Indonesia, dengan angka kurang dari 13 persen di tingkat Nasional, namun, Kota Batam memiliki prevalensi stunting mencapai 23,5 persen dari jumlah polulasi yang ada.
Pada semester pertama 2019, penderita stunting kota Batam juga terlihat mengalami peningkatan, yaitu 5,61 persen, sedangkan prevelensi tahun 2018 hanya 1,35 persen. Penyebab utamanya adalah kurangnya asupan nutrisi pada anak usia 0 hingga 12 bulan.
"Selain itu, faktor geografis, terkait minimnya akses terhadap pelayanan kesehatan serta rendahnya pengetahuan ibu menyusui menjadi pemicu stunting yang kian memburuk di Batam," katanya.
Jadi kata Anies, kemudahan pemenuhan hak kesehatan ibu dan bayi, pelayanan kesehatan, pemenuhan gizi dan juga informasi yang tepat tentang kesehatan, sangat penting ditingkatkan.
"Kalau tidak dibekali dengan pengetahuan yang tepat, maka masyarakat akan menjadi konsumen tanpa mengetahui baik buruk produk yang dikonsumsi bagi balitanya. Sehingga program pemerintah dalam mewujudkan generasi unggul sulit dicapai,” ujarnya.