Batam, Gatra.com - Tahun lalu, YAICI bekerjasama dengan Yayasan Peduli Negeri (YPN) Makassar dan Stikes Ibnu Sina Batam menggelar survey Persepsi Masyarakat tentang Susu Kental Manis (SKM).
Ada 700 orang ibu-ibu yang punya anak berusia 7 tahun dijadikan responden. Sebanyak 400 orang di Kelurahan Mandonga, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari dan sisanya di Kelurahan Sagulung Kota, Kecamatan Sagulung, Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Hasil survey itu, 97 persen ibu di Kendari dan 78 persen ibu di Batam sama-sama punya persepsi bahwa SKM adalah susu yang bisa dikonsumsi, layaknya minuman susu untuk anak.
Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, mengatakan, iklan SKM itu adalah salah satu iklan yang sudah sekian abad menyesatkan persepsi masyarakat.
SKM yang sejak jaman kolonial hingga milenial, diiklankan produsen sebagai minuman susu untuk bayi dan pertumbuhan anak, telah membentuk persepsi yang salah kaprah di masyarakat. Masyarakat jadi beranggapan bahwa SKM itu susu bernutrisi.
Baca juga : Kasus Stunting di Kepri Mencapai 60 Ribu Orang
"SKM itu mengandung gula yang tinggi; 20gram persekali saji/1 gelas dengan nilai protein 1 gram. Ini lebih rendah dari susu lainnya. Peruntukan SKM itu hanyalah sebagai bahan tambahan makanan dan minuman atau topping. Jadi, perlu pengawasan terhadap promosi dan penggunaan SKM oleh masyarakat,” jelas Arif saat acara seminar sempena peringatan Hari Pangan Sedunia di Batam, Kamis (3/10).
Lebih jauh Arif menyebut, fakta pengetahuan masyarakat yang rendah terlihat dari banyaknya kasus gizi buruk. Ini semua gara-gara kesalahan orang tua memberi asupan makanan pada anak.
"Di tengah kemajuan teknologi, arus informasi yang diterima masyarakat tanpa filter. Masyarakat juga setiap saat terpapar iklan yang belum teruji kebenarannya. Jika tidak dibekali pengetahuan yang tepat, maka masyarakat akan menjadi konsumen tanpa mengetahui baik buruk produk yang dikonsumsinya. Inilah yang ingin kami tangkal melalui seminar dan edukasi pemahaman tentang asupan gizi kepada anak," ujarnya.