Home Internasional Dampak Pemakzulan Trump

Dampak Pemakzulan Trump

Upaya pelengseran Presiden Donald Trump sempat memicu gejolak pasar. Dalam sejarahnya, upaya pemakzulan tidak berdampak negatif pada perekonomian secara luar biasa.



Tekanan pemakzulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang semakin menguat mau tak mau memberikan dampak bagi pasar keuangan. Terutama saat juru bicara DPR Amerika Serikat, Nancy Pelosi, pada Selasa pekan lalu menyebut pihaknya akan menginvestigasi dugaan pelanggaran yang dilakukan presiden dengan mencari bantuan ke Ukraina.

Sebelumnya Trump dikabarkan melakukan upaya menjegal langkah bakal calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, dengan meminta Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada 25 Juli lalu, menyelidiki dugaan korupsi sang anak, Hunter Biden. “Presiden harus bertanggung jawab. Tak ada orang yang di atas hukum,” ucap Pelosi sebagaimana dikutip AFP.

Saham memang merespons dengan variasi dan sempat turun di posisi terendah. Emas ditawarkan dengan harga tertinggi dan imbal hasil obligasi bergerak lebih tinggi. Akan tetapi, dalam satu jam harga bergerak berlawanan setelah Presiden AS ke-45 itu berusaha menenangkan keadaan dengan membuat komentar soal kesepakatan perdagangan dengan Cina.

Sepanjang sejarah politik Amerika Serikat, upaya pemakzulan presiden memang tidak terjadi secara mulus. Ada tiga kali proses pemakzulan dan belum pernah ada presiden yang dilengserkan dari jabatannya. Andrew Johnson dan Bill Clinton merupakan dua presiden yang pernah mengalami proses pemakzulan, tetapi mereka tetap menduduki jabatannya sebagai Presiden AS hingga akhir masa jabatan.

Ada lagi Richard Nixon, yang mengalami proses yang sama akibat skandal Watergate. Tapi Nixon mengundurkan diri sebelum proses pemakzulan masuk ke tahap voting. Dalam setiap upaya pelengseran itu, perekonomian tercatat tetap stabil.

Trump memang sempat memberikan perlawanan opini tentang skandal yang dituduhkan kepadanya. Dalam keterangannya kepada wartawan pada Rabu pekan lalu, Trump menegaskan, upaya itu untuk mendorong agar negara lain membantu Ukraina. "Saya ingin melihat negara lain membantu Ukraina juga, bukan hanya kami. Seperti biasa, Amerika Serikat membantu dan tidak ada orang lain di sana," katanya dikutip dari AP News.

Faktanya memang tidak demikian. Sebab, lembaga-lembaga Uni Eropa telah memberikan bantuan yang jauh lebih besar dari “negeri Paman Sam” itu. Sejak 2014, Uni Eropa dan lembaga keuangan Eropa telah memobilisasi lebih dari US$16 miliar untuk membantu ekonomi Ukraina, melawan korupsi, hingga membangun lembaga dan menguatkan kedaulatan akan serangan lebih lanjut Rusia setelah aneksasi Krimea.

Trump juga menyatakan akan membuka transkrip percakapan dirinya dengan Presiden Ukraina. Ia menegaskan, upaya menjegal dirinya juga akan berdampak bagi kesehatan ekonomi Amerika juga dunia. “Pasar saham naik ketika mereka melihat omong kosong itu. Bahkan tiba-tiba pasar saham turun sangat besar saat mereka melihat tuduhan,” ujarnya.

Meski begitu, analis J.P. Morgan menyebut upaya pemakzulan ini juga berpotensi memberikan dampak ke pasar memalui pemicu lain. Di antaranya adalah perang dagang AS-Cina, hubungan AS dengan Iran, dan berujung pada pemilihan presiden dan senat pada 2020 mendatang.

“Rentang skenario tidak akan menyempit sampai pemilihan pendahuluan Demokrat pada Q1/Q2 2020 sampai ada calon yang lebih jelas. Jadi ini pasti masalah yang layak dipikirkan, tetapi bukan masalah yang layak diinvestasi atau dilakukan lindung nilai,” begitu catatan J.P. Morgan seperti dikutip dari CNBC.

Adapun masalah perdagangan dengan Cina, analis J.P. Morgan memprediksi bahwa alih-alih akan mengarah ke satu kesepakatan, perang dagang bisa memicu kenaikan tarif lain jika Cina memperlambat negosiasi. Sehingga dapat berpotensi memberikan tekanan pada ekonomi tapi tidak menekan Trump.

Hal ini berbeda dengan kasus pertikaian yang melibatkan Iran. “Dengan Iran, eskalasi dapat datang melalui provokasi lain di Teluk,” demikian analis mereka.

Direktur Pelaksana Wedbush Securities, Steve Massocca, mengatakan dampak buruk dari proses pemakzulan Trump paling terasa di dalam negeri. “Saya tidak berbicara dari sudut pandang politik, tapi selaku analis investasi, proses pemakzulan ini membuat para investor khawatir untuk berinvestasi di AS. Karena selama ini, pelaku pasar saham AS menyukai kebijakan ekonomi Trump,” ujarnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution beranggapan, upaya impeachment Trump tak akan berakibat negatif bagi Indonesia. Menurutnya, setiap kondisi atau kebijakan yang terjadi di Amerika Serikat sebagai negara besar pasti akan berpengaruh bagi negara yang memiliki hubungan bilateral ataupun perdagangan. Termasuk dalam kondisi saat ini.

Namun, dampaknya bisa saja malah berlawanan. Sebab, sebagai salah satu negara tujuan investasi ketika Amerika bergejolak, negara-negara ekonomi berkembang seperti Indonesia justru bakal mendulang untung. “Negara maju seperti Amerika Serikat selalu dianggap sebagai safe haven, kalau dia ada masalah, kita ada untungnya. Positifnya buat kita lebih banyak daripada negatifnya,” katanya.


Birny Birdieni

129