Baghdad, Gatra.com - Akibat kerusuhan yang melanda Irak sejak kemarin, pemerintah menerapkan jam malam. Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengatakan bahwa jam malam di Baghdad akan diberlalukan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Setidaknya tujuh orang terbunuh dan lebih dari 400 orang terluka selama dua hari protes anti-pemerintah. Para demonstran menuntut pemerintah agar menuntaskan krisis seperti pengangguran, korupsi, dan layanan publik yang buruk.
Pasukan elit anti-terorisme menembaki pengunjuk rasa yang mencoba menyerbu bandara Baghdad. Lalu dikerahkan ke kota selatan Nassiriya setelah tembak-menembak terjadi antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan, kata sumber-sumber kepolisian seperti dilansir Reuters (3/10).
Jam malam diberlakukan sebelumnya di tiga kota wilayah selatan. "Semua kendaraan dan individu dilarang bergerak di Baghdad pada jam 5 pagi hari ini, Kamis, dan sampai pemberitahuan lebih lanjut," kata Abdul Mahdi dalam pernyataan tertulis.
Sedangkan para pelancong dibebaskan dari jam malam. Wewenang untuk memberlakukan jam malam di kota-kota lain di Irak, diserahkan kepada para gubernur provinsi setempat.
Pada hari Rabu, aksi demontrasi merubah tuntutannya, termasuk menurunkan rezim yang saat ini bertengger di pucuk kekuasaan. Para pengunjuk rasa membakar gedung-gedung pemerintah dan partai politik di dua provinsi di wilayah selatan lainnya.
"Kami menuntut perubahan, kami menginginkan kejatuhan seluruh pemerintah," kata seorang pengunjuk rasa di Baghdad yang menolak menyebutkan namanya.
Lima orang terbunuh pada hari Rabu dan lebih dari 200 orang terluka dalam bentrokan pada hari yang sama di seluruh negeri. Dua demonstran lain terbunuh pada hari Selasa. Ini adalah kemarahan publik terbesar terhadap pemerintah Abdul Mahdi yang baru berusia satu tahun.