Riau, Gatra.com -- Meski sudah tak terpantau titik panas atau hotspot, Kabupaten Pelalawan, Riau, masih berstatus siaga asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga 30 Oktober 2019. Tim Satgas pun masih diwajibkan melakukan patroli di bekas area yang terbakar maupun lahan yang masih aman.
"Selaku penanggung jawab tim darat, hari ini semua tim di semua rayon, karena relawan di Pelalawan sudah dibagi atas 48 rayon, bergerak melakukan patroli, baik patroli di area eks terbakar maupun area yang kita kategori rawan karhutla," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pelalawan Hadi Penandio di Kantor Desa Kiyap, Pelalawan, Riau, Rabu (2/10).
Selain patroli, Tim Satgas udara juga masih berupaya untuk membuat hujan buatan meski sepekan sebelumnya Pelalawan sudah mulai diguyur hujan. Tim dilaporkan menyebarkan garam dapur (NaCl) untuk menyemai hujan buatan.
Hadi mengatakan, pihaknya juga mengimbau perusahaan untuk bisa melakukan kanal bloking. Misalnya, membuat embung pada spot tertentu. Namun menurutnya, hal yang paling utama untuk antisipasi karhutla adalah pencegahan di masyarakat.
"Paling penting adalah upaya pencegahan, dan imbau itu yang paling utamakan. Karena Pelalawan sangat luas, dan penyebaran area kebakaran juga cukup luas, jadi peran aktif masyarakat yang yang paling utama. Dibantu teman-teman yang dilapangan," jelasnya.
Adapun luas lahan yang terbakar mencapai 890 hektar. Dari luas tersebut, Hadi membeberkan ada dua jenis lahan yang terbakar, yakni lahan gambut dan lahan mineral. Lahan gambut merupakan lahan yang paling banyak dibakar.
Hadi menyebut, potensi kebakaran lahan gambut pasti ada, mengingat cuaca kering dan panas, serta angin yang kencang. Hal itu sangat dijaga oleh Satgas karena apabila ada oknum yang berusaha melakukan pembakaran lahan, pasti penyebaran apinya lebih mudah. "Makanya sampai hari ini, teman-teman kecamatan, Babinkamtibmas, Babinsa sesuai rayon masing-masing tetap berjalan," katanya.