.jpg)
Riau, Gatra.com - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pelalawan, Riau Hadi Penandio mengaku masyarakat di kawasan Pelalawan banyak yang terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Namun Hadi mengatakan, petugas di lapangan yang memadamkan titik api justru tak terkena ISPA.
"Kalau korban paling parah hanya ISPA saja untuk masyarakat. Kalau untuk tim kita di lapangan untuk hari ini karena kita kerja samanya baik, SOP kita jalankan, alhamdulillah tidak ada korban dari tim di lapangan," kata Hadi di Kantor Desa Kiyap, Pelalawan, Riau, Rabu (2/10).
Untuk mengatasi hal tersebut, Hadi mengatakan puskesmas di kawasan Pelalawan buka selama 24 jam melayani masyarakat yang terdampak asap. Kebijakan itu berlaku hingga saat ini, meski titik panas atau hotspot sudah tidak ditemukan di Pelalawan dalam sepekan. "Karena dampak asap tidak serta-merta pada hari itu, bisa saja (berdampak) seminggu atau 2 minggu kemudian," tuturnya.
Hadi menyebut masyarakat yang terdampak asap itu tak ada yang menjalani rawat inap, sehingga masyarakat yang berobat bisa langsung pulang setelah mendapatkan pelayanan dari Dinas Kesehatan. "Jadi mereka ada keluhan, mendatangi posko kesehatan, puskesmas, fasilitas pembantu di desa, diberikan pelayanan kesehatan, obat dan sebagainya. Alhamdullilah tidak ada yang dirawat," paparnya.
Tak hanya ke masyarakat, pelayanan kesehatan juga diberikan pihaknya ke petugas pemadam. Hadi menyebut tim medis turun ke titik kebakaran untuk melakukan pengecekan kesehatan reehadap petugas.
Selain mendirikan posko kesehatan, pemerintah juga mendirikan rumah singgah yang dibangun satu rumah di setiap kecamatan. Sejurus itu, pemerintah, perusahaan hingga komunitas peduli karhutla juga membagikan lebih dari 300 ribu masker.
"Masker masih ada di Dinsos (Dinas Sosial), obat-obatan juga masih ada dan stok masih ready. Makanya sampai hari ini pelayanan 24 jam (kepada) masyarakat terdampak asap masih terus dilanjutkan. Rumah singgah masih aktif, masyarakat yang dapat gangguan silakan ke rumah singgah dan pusat pelayanan kesehatan," tukasnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau tak ada titik hotspot di Pelalawan dalam sepekan. Hal ini dipenguruhi oleh turunnya hujan dan upaya para petugas pemadam di lapangan. Pelalawan masih berstatus siaga darurat hingga 30 Oktober 2019. Semua tim wajib melakukan patroli di kawasan hotspot hutan dan lahan di beberapa daerah di Pelalawan.