Semarang, Gatra.com - Memperingati Hari Batik Nasional, warga Kampung Batik Semarang mengadakan kegiatan membatik bareng di atas kain sepanjang 100 meter.
Kegiatan membantik yang diikuti puluhan ibu-ibu dilaksanakan di kompleks Kampung Batik, Kelurahan Rejomulyo, Semarang, Rabu (2/10). Mengenakan kebaya, para ibu dengan antusias menggoreskan kuas membatik motif warak yang merupakan batik khas Semarang.
“Membatik bersama ini untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober,” kata seorang peserta membantik, Sunarti. Menurut ia, ibu-ibu yang mengikuti kegiatan telah memiliki keahlian membatik sehingga tidak mengalami kesulitan saat mengoreskan kuas di kain.
“Ibu-ibu warga Kampung Batik ini sebagian besar bisa membatik. Saya setiap hari bisa membuat batik hingga 15 lembar kain,” ujarnya.
Sementara itu, Sekertaris Fraksi PKS DPRD Jawa Tengah (Jateng) Riyono, menyatakan peringatan Hari Batik Nasional agar bisa mendorong meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama pengrajin batik. Pengrajin batik Jateng, lanjut termasuk yang terbesar di Indonesia karena memiliki dua sentral pengrajin batik yakni di Pekalongan dan Solo.
“Batik agar dapat menghidupkan pekonomi rakyat karena sudah bukan pakaian mahal lagi, sudah dapat dijangkau semua kalangan masyarakat,” ujar Riyono. Busana batik yang memiliki berbagai varian tidak lagi hanya dikenakan kalangan pejabat, tapi juga masyarakat umum memakainya.
“Tidak hanya di dalam negeri, dunia internasional juga menggemari batik buatan Indonesia,” kata dia.
Mengutip data Kementerian Perindustrian, Riyono, menyatakan ekspor dari industri batik pada semester I (Januari-Juni) 2019 mencapai US$ 17,99 juta atau sekitar Rp 253 miliar. Sedangkan pada 2018, ekspor batik Indonesia mencapai US$ 52,4 juta atau sekitar Rp 747 miliar.