Magelang, Gatra.com - Mengantisipasi bencana erupsi Gunung Merapi, Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Magelang membangun sejumlah tempat evakuasi akhir (TEA). Tempat evakuasi akan menjadi lokasi utama pengungsian.
Kepala Seksi Rekonstruksi BPBD Magelang, Teguh Hardiyono mengatakan, terdapat 19 desa yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III Merapi. Pemerintah kemudian membangun konsep Paseduluran Deso (Paseso) di wilayah yang lebih aman sebagai tempat evakuasi.
Setiap desa di KRB III memiliki pasangan desa di wilayah yang aman sebagai lokasi utama pengungsian. Hal ini memudahkan mobilisasi pengungsi dan logistik bantuan jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
“Sebagai apresiasi Pemkab Magelang terhadap desa penyangga atau desa pasangannya, dibangun tempat evakuasi akhir. Nantinya bangunan TEA menjadi aset desa,” kata Teguh, Rabu (2/10).
Fungsi utama TEA adalah tempat pengungsian saat tanggap darurat. Namun saat kondisi aman, bangunan dapat dimanfaatkan oleh desa untuk mendukung kegiatan warga.
“Sehingga konsep rancangan bangunan TEA kami buat multifungsi. Selain fungsi utamanya sebagai tempat mengungsi, juga dapat meningkatkan nilai ekonomi desa,” ujar Teguh.
Dalam program rekonstruksi tempat evakuasi akhir, BPBD juga mengenalkan rancang bangun rumah instan sederhana sehat (Risha). Konstruksi rumah tahan gempa ini hasil riset Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puskim) Bandung.
Desain Risha sudah dipakai untuk program rekonstruksi pasca bencana gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat. Diharapkan konstruksi rumah tahan gempa ini bisa dicontoh masyarakat sekitar, sehingga mengurangi risiko korban jiwa dan materil.
“Harapannya setelah teknologi Risha diterapkan oleh warga, kebutuhan tempat evakuasi semakin berkurang. Sebab warga sudah aman tinggal di rumah masing-masing yang aman dari dampak gempa," ujarnya.
Saat peletakan batu pertama pembangunan gedung TEA di Desa Mangunsari, Camat Sawangan, Wisnu Argo Budiono meminta warga mendukung program ini.
Dia berharap warga dapat juga memanfaatkan gedung untuk kegiatan memajukan desa. “Selain yang utama untuk evakuasi saat terjadi bencana, bisa dipakai untuk kegiatan pertemuan warga. Mari didukung bersama-sama. Silakan awasi pembangunannya,”ucapnya.
Pembangunan gedung tempat evakuasi akhir di Desa Mangunsari diperkirakan memakan waktu 4 bulan dengan biaya Rp1,8 miliar. Selain ancaman erupsi, kawasan di sekitar Gunung Merapi juga rawan terkena banjir lahar dingin.