Semarang, Gatra.com-Mesjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang berlokasi di Jalan Gajah Raya, Kota Semarang tidak hanya berfungi sebagai tempat untuk melaksanakan salat bagi umat Islam.
Namun, MAJT telah menjadi destinasi wisata religi dan halal religi yang ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah di Jawa Tengah (Jateng) seperti Semarang, Demak, Rembang, Banyumas, dan dari luar provinsi.
Pada hari libur, ribuan pengunjung memadati kompleks mesjid terbesar di Jateng yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2006.
“Rata-rata jumlah wisatawan yang datang sebanyak 20 ribu per bulan,” kata bagian humas MAJT, Retnaning Setiana kepada Gatra.com, Rabu (2/10).
Wisatawan tertarik berkunjung ke MAJT untuk melihat keindahan arsitektur bangunan yang merupakan kombinasi Arab, Romawi, dan Jawa hasil rancangan arsitek Ahmad Fanani dari PT. Atelier Enam Jakarta yang memenangkan sayembara desain MAJT.
Bangunan utama masjid beratap limasan khas bangunan Jawa namun di bagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah lagi dengan empat menara masing masing setinggi 62 meter di tiap penjuru.
Di bagian pelataran masjid menggunakan gaya Romawi dengan bangunan 25 pilar bergaya koloseum Athena dihiasi kaligrafi yang indah. Di gerbang ditulis dua kalimat syahadat serta tulisan Arab.
Selain arsitek bangunan mesjid, menurut Retna, wisawatan tertarik berkunjung ke MAJT untuk melihat enam payung elektronik raksasa seperti di Masjid Nabawi di Madinah Arab Saudi.
Payung yang berada di pelataran masjid tersebut tidak dikembangkan atau dibuka setiap hari, tapi hanya pada Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, serta ada acara tertentu dan tamu penting.
“Bila kondisi tidak ada angin kencang payung juga dikembangkan pada Jumat dan Ahad. Hal ini untuk menjaga agar payung tidak rusak karena biaya perbaikan mahal hingga Rp 1 miliar,” ujarnya.
Pengunjung, lanjut ia, juga tertarik dengan keberadaan menara Asmaul Husna setinggi 99 meter yang terdiri 19 lantai untuk melihat keindahan kota Semarang. Di menara ada museum Perkembangan Islam di Jateng, restoran berputar.
Sebagai tempat wisata religi dan halal, MAJT yang menempati areal seluas 10 hektar memiliki fasilitas antara lain, ruang salat di mimbar utama dan pelataran masjid yang mampu menampung jamaah salat sekitar 10 ribu orang.
Serta gedung convention hall, tempat penginapan bagi pengunjung, perpustakaan, miniatur Kabah untuk latihan manasik.
Toko tempat penjualan oleh-oleh serta pedagang kaki lima (PKL) yang menyedikan aneka makanan dan minuman yang dijamin halal.
“Kami menjamin semua makanan dan minuman yang dijual pedagang di lingkungan MAJT halal karena para pedangan sudah menandatangi tidak menjual barang haram serta dilakukan pengawasan,” ujar Retna.
Pengunjung harus mengenakan pakaian sopan, untuk pengunjung perempuan mengenakan pakaian syar’i dan berhijab. “Bila pengunjung perempuan tidak memakai hijab akan dipinjami,” ucapnya.
Lokasi MAJT mudah dijangkau karena tempatnya tidak jauh dari pusat kota Simpang Lima serta jalannya sudah beraspal. Pengunjung tidak dipungut biaya, kecuali bila naik ke menara Asmaul Husna membayar tiket Rp7.000 per orang.