Padang, Gatra.com – Pelaksanaan Tour de Singkarak (TdS) 2019 tinggal menghitung hari. Namun jalan yang akan dilewati peserta ajang balap sepeda internasional ini, masih banyak rusak dan berlubang. Tentu hal ini bisa sangat membahayakan bagi pembalap nantinya.
Maka untuk mengantisipasi ruas jalan yang bisa membahayakan pembalap yang akan mengikuti Tds 2019 itu, pihak penyelanggara akan memberikan penanda rambu peringatan dan water barrier.
“Hal itu dilakukan bila dalam keadaan terpaksa saja, misalnya tidak cukup waktu lagi untuk memperbaiki jalan tersebut,” kata Technical Coordinator TdS 2019, Cheppy Asep Sulaiman usai pelaksanaan Rakor Finalisasi Kesiapan Pelaksanaan TdS di Hotel Bumi Minang, Padang, Selasa (1/10).
Berdasarkan keterangan Cheppy, dari 9 rute yang sudah ditetapkan, jalan yang paling dikhawatirkan dan membahayakan adalah di jembatan kawasan Mandeh, Pesisir Selatan. Hal ini karena kondisi jalan yang sempit, menanjak, dan juga berliku.
Maka untuk kawasan itu, pemaksimalan akan dilakukan hingga akhir Oktober ini. Apabila rute tersebut sampai batas waktu yang ditetapkan masih membahayakan maka akan tetap dialihkan. Selain itu, juga akan disiapkan rambu dan antisipasi lainnya dengan menggunakan multiplek sampai ke belakang jembatan.
“Batas waktu maksimal akhir oktober ini, tim teknis tidak akan merekomendasikan jalan rusak dan membahayakan bagi pembalap nantinya,” sebut Cheppy kepada Gatra.com usai rakor.
Sementara Balai Pelaksana Jalan Nasional III Padang, Noor Arias Syamsu mengatakan, hampir seluruh daerah yang dilalui TdS terdapat penambalan jalan, namun daerah yang paling parah berdasarkan hasil survey terakhir adalah Alahan Panjang-Surian-Muaro Labuah.
Menurut Noor, hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan pemaksimalam perbaikan pada ruas-ruas jalan yang masih dianggap belum tuntas perbaikannya. Namun tidak semua jalan bisa diaspal, sebab sebagian besar hanya dilakukan pemeliharaan.
“Minimal H-2 sebelum pelaksanaan TdS di daerah-daerah yang dilalui semuanya sudah rampung. Namun ini juga tergantung dari cuaca dan lalu lintas, artinya tidak semua diaspal, tapi pentupan-penutupan lubang saja,” terang Noor.
Ia menjelaskan, pemeliharaan ini juga terkait adanya jalan yang baru naik kelas, yang sebelumnya jalan itu merupakan jalan provinsi, dan saat ini sudah menjadi jalan nasional. Selain dengan alasan APBN yang terbatas, juga ada tahapan tahapan yang harus kita lalui.
“Jalan ini kan baru tahun ketiga penanangannnya, jadi belum maksimal lah hasilnya. Tentu, mengingat APBN kita juga terbatas, tapi kita upayakan sebaik mungkin seperti dua tahun yang lalu,” ujarnya.