Jakarta, Gatra.com - Beberapa tahun terakhir, pecinta film Indonesia begitu akrab terhadap film-film remake. Film remake merupakan upaya mengkontekstualisasi film-film masa lalu yang diartikulasikan di era sekarang.
Judul-judul film komedi macam "Biang Kerok", "Warkop DKI Reborn 1-2-3", hingga jenis horor macam "Pengabdi Setan" maupun "Suzanna" sempat menjadi tontotan yang menarik perhatian. Mengikuti kesuksesan tersebut, pekan ini hadir "Inem Pelayan Sexy (New)".
Bagi generasi gaek, judul tersebut tentu tak asing. Pertama kali dirilis pada tahun 1976 silam, film ini sukses di kancah nasional. Dibintangi nama-nama beken seperti Doris Callebaut, Titiek Puspa, Aedy Moward, dan Eddy Gombloh.
Sedangkan untuk remake "Inem Pelayan Sexy (New)", dibintangi oleh keturunan Doris, yakni Jelita Callebaut. Juga nama-nama seperti Beddu, Meriam Bellina, Mathias Muchus, hingga Iparto Gombong.
Inem (Jelita Callebaut) begitu nelangsa karena kesulitan mencari pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga. Terlalu sering ia didepak oleh majikannya sendiri. Pasalnya, bukan perkara Inem lalai dalam bekerja, melainkan karena ia memiliki paras yang cantik dan bodi yang unggul.
Alhasil, membuat semua ibu-ibu mantan majikannya kegerahan dan berang atas tingkah laku suami-suaminya yang mendadak sinting tatkala melihat Inem.
Hingga pada suatu waktu, Inem bertemu dengan Inyong (Iparto Gombong), yang memiliki peran ganda: tukang roti keliling sekaligus penyalur pembantu ke rumah-rumah. Inem disalurkan ke salah satu rumah yang kadung carut-marut karena ditinggal pembantunya yang dililit utang.
Pemiliki rumah, Pak Moko (Mathias Muchus), Bu Ida (Meriam Bellina) yang tinggal bersama kedua anaknya, Jojo dan Vivi. Moko adalah pegawai kepercayaan Maromi (Beddu) pengusaha ekspor-impor asal Madura.
Belakangan Maromi diam-diam menyukai Inem, lantas dengan berbagai siasat dilakukan untuk mendapatkan hati Inem. Di sisi lain, Moko betul-betul keranjingan dengan Inem. Sebuah komedi satire yang disesuaikan dengan masa kekinian.
Humor adalah apa yang ingin disuguhkan film ini. Karakter dibangun dengan penokohan yang nyeleneh: Maromi dengan aksen Madura yang kental dan bising; Ida yang galak namun begitu cemburuan; Moko yang genit dan sering lupa diri di depan Inem; hingga aktor-aktor pendamping yang gelagatnya tak kalah absurd.
Meski demikian, ada beberapa catatan yang perlu digarisbawahi. Misalnya, soal konten komedi yang terlalu klise, acap kali berakhir dengan kesenyapan di ruang bioskop. Tak jarang mendapati suasana sunyi senyap yang sesekali bikin merinding bak menonton film horor.
Dialog yang terlalu bergelembung seringkali mengaburkan inti perbincangan. Seperti klausa "Yakinlah sumpah" khas Inyong Gombong yang terlalu banyak diulang-ulang. Mengobral hal semacam itu, sedikit-banyak akan membuat penonton gusar dan muak.
Hal mengganggu lainnya juga muncul pada karakter Maromi, yang di sepanjang film konsisten berdialek Madura. Namun, jika bukan karena salah memilih aktor, boleh jadi karena sutradara memaksakan hal-hal yang tidak perlu.
Karakter Maromi gagal menampilkan karakter Madura yang kuat dan lebih sering dialognya tidak terdengar jernih demi menonjolkan suara serak yang dibuat-buat setengah mati. Terakhir di wilayah teknis. Volume suara sering tidak konsisten. Di beberapa scene, volume dialog dihantam musik latar yang terlalu keras.
Sepanjang dua dekade, "Inem Pelayan Sexy" telah memproduksi 200 judul film yang digarap oleh sineas-sineas andal seperti Ali Shahab, Ami Priyono, Liliek Sudjio, Agus Elias, dan lain-lain. "Inem Pelayan Seksi (New)" dikomandoi oleh Hasto Broto sebagai sutradara dan Exan Zein selaku penulis skenario.