Palembang, Gatra.com – Aliansi Mahasiswa Muhammadiyah Bersatu di Palembang mendesak Kapolri agar mengusut dua mahasiswa yang menjadi korban aksi di Sulawesi Tenggara. Aksi yang berlangsung di depan Mapolda Sumsel itupun diakhiri dengan sholat ghaib untuk kedua korban mahasiswa tersebut.
Kordinator Aksi, Muhammadi Iqbal mengatakan dinamika penyampaian aspirasi terus berlangsung di sejumlah daerah. Banyak aksi-aksi yang digelar mahasiswa dan kalangan aktivis dalam aspirasinya yang begitu masif. Namun, di Sulawesi Tenggara, dua mahasiswa, Immawan Randi, 21 dan Muhammad Yusuf Kardawi, 19 menjadi korban, hingga meninggal dunia.
“Aliansi Mahasiswa Muhammadiyah Bersatu menyatakan sikap mendesak Kapolri dan jajarannya di Polda Sulawesi Tenggara mengusut tuntas kematian dua mahasiswa tersebut,”ujarnya, Senin (30/9).
Selain mengusut, kepolisian harus berani mencopot dan mempertanggungjawabkan di muka hukum karena telah gagal membina jajarannya dalam pengamanan unjuk rasa,”Mendesak Kapolri untuk memastikan tidak ada lagi tindakan represtif terhadap mahasiswa dan aktivis di Indonesia,” sambung Iqbal.
Kematian dua rekan mahasiswa Muhammadiyah di Sulawesi Tenggara menjadi bukti jika kepolisian masih sangat represif terhadap mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasinya. Aliansi Muhammadiyah Bersatu mengecam tragedi penembakkan tersebut, dan menilai aparat kepolisian harus bertanggungjawab terhadap pengamanan aksi demontrasi yang telah lalai hingga menyebabkan korban jiwa.
“Setiap orang berhak menyampaikan pendapatnya di muka umum. Tentunya, dijamin dalam Undang-Undang, sehingga tindakan brutal, pihak kepolisian sangat tidak diperbolehkan,” pungkasnya.
Aliansi Muhammadiyah Bersatu juga menuntut polisi mengadili tindakan represif aparat terhadap mahasiswa yang menggelar aksi di DPRD Sumsel, pada 24 September yang lalu.