Sleman, Gatra.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyiapkan indeks pembangunan keluarga untuk mengetahui sejauh mana suatu keluarga penuh cinta kasih, sehat, mandiri, dan bahagia. Indeks ini diklaim yang pertama di dunia.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyatakan indeks ini menjadi program baru BKKBN. “Ini adalah yang pertama di dunia. Kami akan membangun IPK yang valid dan bisa menjadi percontohan bagi negara-negara lain,” ujar dia saat jumpa pers International Cenference Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH) di Sleman, Senin (30/9).
Hasto membuka konferensi internasional perdana tentang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi ini. Pertemuan yang digelar hingga Rabu (2/10) ini diikuti sekitar 800 orang yang terdiri atas akademisi, praktisi, wakil pemerintah, lembawa swadaya, organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, guru, hingga pelajar.
Hasto menjelaskan penyusunan indeks pembangunan keluarga diupayakan rampung akhir tahun ini. Para akademisi telah menyusun 53 indikatornya. “Namun saya ingin seperti indeks pembangunan manusia, mengerucut pada 3 - 5 indikator. Saat ini masih terlalu banyak. Kami saat ini sedang melakukan riset untuk menentukan faktor penentu yang menunjuk ke arah simpel indikator,” tuturnya
Salah satu hal yang menjadi perhatian Hasto dalam penyusunan indeks pembangunan keluarga ini adalah tingginya angka perceraian. Menurut dia, sejak menjabat sebagai Kepala BKKBN, ia selalu menjadikan tingkat perceraian sebagai pertanyaan pertama saat datang di suatu daerah.
“Ada satu contoh. Gubernur Bangka-Belitung menerapkan program konseling kepada calon pengantin, diperbanyak dan berjenjang dari mulai KUA sampai pemerintah daerah. Hal ini dalam satu tahun berhasil menurunkan angka perceraian dari 600 menjadi 60 sekian. Ini menjadi optimisme baru. Kami akan banyak belajar ke sana,” ujarnya.
Ketua Panitia ICIFPRH Siswanto Agus Wilopo mengingatkan Indonesia pernah menjadi contoh penerapan keluarga berencana (KB) bagi negara berkembang, seperti negara-negara Afrika dan Cina. “Menteri Cina pernah menyampaikan di depan ribuan penduduk bahwa Cina belajar KB dari Indonesia,” kata peneliti Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gadjah Mada ini.
Namun, kata dia, selama 10 tahun ini KB tidak terdengar gaungnya. “Konferensi ini bertujuan untuk menggaungkan di dunia internasional dan nasional bahwa KB kita tidak mengendor tapi tetap maju dan menonjolkan kembali KB sejalan dengan visi misi Presiden soal SDM unggul. KB ini sangat penting supaya anak muda Indonesia menjadi SDM yang lebih baik,” ujarnya.
Siswanto berkata pandangan soal KB, yang identik dengan pertumbuhan penduduk dan kontrasepsi, harus diubah. “Namun soal menjadi bangsa yang memiliki human capital yang produktif, keluarga yang sejahtera harmonis, dengan anak-anak yang berkualitas,” kata dia.